RSS

pulkam pertamaku

Ibuuuuuuuuuuuu........aku pulaaaaaaaangggggggggggg!!!
Begitulah sekiranya yang ingin aku teriakkan ketika ku lihat ibuku berada di seberang jalan sesaat aku turun dari bus Sumber Alam di Pendhawa jam 9.39 pagi ini. Aku pun mendekati ibuku yang sepertinya terharu melihat kepulanganku. Aku pun merasa demikian. Ku titikkan air mata. Aku tak tahu makna di balik air mata itu. Mungkin karena aku rindu pada ibuku, atau mungkin karena rasa tak percayaku ketika aku kembali menuju kota kelahiranku.
Sungguh, aku merasa tak percaya bisa sampai di kota ini. Sendirian, itulah yang perlu di garisbawahi. Aku bahkan tak sadar sekarang aku berada di dalam kehangatan keluarga kecil ini.
Sebelum ku memasuki dan melihat secara langsung tugu yang menyuarakan, “SELAMAT DATANG DI KOTA PURWOREJO” ku masih terbayang-bayang apa yang ku lakukan selama di Jakarta. Namun, setelah ku masuki kota ini, melihat damainya jalan raya, angkot-angkot berwarna kuning yang nampak bersih, bangunan-bangunan yang dulu ku lewati saat perjalanan ke sekolah, semua begitu indah.
Tawaku mengembang ketika ku injakkan kaki di rumah yang membesarkanku. Ku ciumi tangan orang yang ada di rumah. Ku lihat sekeliling. Tak ada yang berubah dari rumah yang ku tinggal selama kurang dari 1 semester itu. Namun, kedatanganku ini rupanya mendapat sambutan dari anggota baru rumah ini. Seekor kucing kecil tak bernama. Ya, kata ibuku, kucing ini datang tak diundang. Mungkin, kucing ini dikirim Tuhan untuk menyambutku (*aneh). Ku langkahkan kaki menuju kamar yang selalu jadi tempatku merenung. Tak ada yang berubah, hanya saja sedikit berbeda. Lebih rapi, jauh sebelum aku pergi. Yah, lagi-lagi ku harus berTERIMA KASIH kepada TUHAN yang memberiku seorang adik. Yap, adikku lah yang merapikan kamarku. Indah. Ku lihat meja yang berada di sudut kamar. Terlihat sebuah kertas bertuliskan namaku “Mb MIA” di atasnya. Ku buka kertas itu. Begitu nyata gambaran diriku dalam kertas itu. Gambar dan tulisan hasil karya adikku. Tak ku sangka begitu rindunya adikku hingga ia memberikan sambutan ‘tak berharga’ namun begitu ‘berharga’ bagiku.
Tak lama kemudian datang adikku yang baru saja pulang dari sekolahnya, mengikuti les tambahan. Senyumnya terlihat lebar. Ia terlihat malu-malu melihatku. Mungkin ia tak tahu harus berbuat apa untuk meluapkan rasa rindunya. Aku pun segera mencairkan suasana yang agak kaku itu. Ku godai dia dengan mengatakan padanya bahwa ia tak kunjung besar dan badannya masih kecil seperti dulu. Ku ajak dia ke kamar. Ku ambil tas besar yang ku bawa. Ku ambil bungkusan plastik dalam tas itu. Sebuah baju berwarna hijau muda ku keluarkan dari plastik itu. Ku berikan baju bergambar anjing itu kepada adikku. Walau terlihat kebesaran, adikku senang menerimanya. Aku pun senang melihatnya senang.
Perjalananku ku lanjutkan menuju kamar mandi. Masih sama. Namun, lagi-lagi ku temukan anggota baru yang bertengger di samping kayu bakar di samping tungku bakar yang masih setia temani keluarga ini. Anggota baru itu memang baru datang kemarin. Terlihat badannya yang mulus dan berkilauan. Mungkin terlalu berlebihan untukku deskripsikan anggota baru itu karena sesungguhnya ia hanyalah sebuah mesin cuci. Ya, semenjak bapakku kecelakaan sekitar 2 bulan yang lalu, ibuku kerepotan untuk mencuci baju. Maka akhirnya diputuskanlah untuk membeli mesin cuci itu. Aku pun kini merasakan bagaimana tidakrepotnya mencuci baju sendiri karena kini mencuci adalah pekerjaan kakakku.
Pandanganku tertuju pada tungku bakar yang tak berpindah tempat itu. Melihatnya, ku ingat aku waktu kelas X dimana aku mendeskripsikan rumah. Saat itu pelajaran bahasa Inggris membahas Description Text. Aku pun menceritakan rumahku, tak lupa tungku bakar itu. Dan kini benda itu masih ada, masih berfungsi pula. Ya, sebagai warga yang tinggal di desa, sayang sekali kalau kayu bakar didiamkan, tidak dimanfaatkan. Kini penglihatanku tertuju pada ember yang terisi penuh abu. Hanya abu, tapi itu bukan abu hasil pembakaran kayu bakar. Tapi, abu itu adalah abu yang diambil dari halaman depan. Abu itulah abu dari kejadian Merapi waktu itu. Tak bisa ku bayangkan bagaimana hujan abu kala itu. Yang terbayang adalah bagaimana repotnya ibuku membersihkan rumah dari debu yang berterbangan karena hujan tak kunjung datang meredam keadaan.
Kini ku beralih ke halaman sekeliling rumah. Lebih hijau. Mungkin karena saat ini sedang musim penghujan. Pohon Bougenvile yang saat itu ku tinggal tengah meranggas kini tampak segar dengan daunnya yang lebat. Pohon coklat yang dulu begitu enggan berbuah rupanya kini sudah mulai menampakkan buahnya. Demikian pohon sukun depan rumah. Lama tak kunjung berbuah, ia menampakkan beberapa buah yang bergelantungan. Dari sekian pohon, pohon rambutan di samping rumah lah yang begitu senang melihat kedatanganku. Terbukti dari banyaknya buah yang bergelantung disana. Mungkin lagi-lagi ku terlalu berlebihan dalam pendeskripsian ini karena pada kenyataannya saat ini memang musim rambutan. Tapi, kenapa yang di belakang rumah tak berbuah ya?
Benda-benda yang ku rindukan seperti tivi dan komputer ternyata masih berada di posisi yang sama. Chanel/saluran televisi pun masih sama, tak berubah. Saluran 6 masih berwarna hitam karena memang ‘ra nyaut’. Saluran 9 juga masih saja mempromosikan produk alat masaknya itu. Sementara komputer, kini tak lagi ku dengar bunyi “tittttt.....tiiitttttttttttt...........tiiiiitttttt”. Hanya saja, komputer ini sekarang lebih berdebu. Biasanya aku disuruh ibuku mengetikkan tugas kuliahnya, namun kini ibuku lebih sering meminta temannya mengerjakan tugas itu. Komputer pun jarang digunakan.
Akan tetapi, komputer itu pun masih berfungsi dengan baik, namun anehnya ketika ku coba ingin memakainya, komputer itu melakukan booting terus. Aku tak tahu kenapa karena ilmuku baru sampai pada bongkar pasang komponen CPU. Apakah mungkin komputer itu juga malu-malu melihat kedatanganku?
Entahlah....yang jelas aku bahagia bisa kembali ke rumah ini!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cerita Indah


Jika kau tanya bagaimana kabarku hari ini maka aku akan menjawab, “aku sedikit gila”. Hari ini aku merasa BODO BANGET. Semua ini berawal dari UTS Praktek untuk mata kuliah Orkom, yakni bongkar pasang CPU. Sial, gara-gara kalah gambreng aku mendapat jatah terakhir. Ya sudah, ku terima dengan lapang dada. Ku menunggu dan menunggu sambil mengamati teman-teman di kloter sebelum aku.  Kelompokku, kelompok 3 tergolong hebat karena mampu menyelesaikan dan menyisakan waktu yang masih lumayan banyak. Namun, sungguh malangnya nasib beberapa kawanku yang agaknya memakan waktu lebih banyak (apa karena mereka lapar???? -_- apa hubungannya?)
Kini giliran aku masuk dalam ruang sauna itu. Ku coba tarik nafas panjang untuk menenangkan jemariku yang bergetar tak terkendali. Syukurlah, aku tercepat kedua setelah Elvira menyelesaikan terlebih dahulu. Ku tengok ke belakang, melihat sang dosen mulai mendekat ke arah Vira. Namun, tiba-tiba pandanganku tertuju pada dosen yang berbalik arah menjauh dari Vira dan mendekati suara yang memanggil namanya. Ku perhatikan, Windu lah yang memanggil dosen. Ku lihat CPUnya, masih tertutup rapi. Rupanya mur penutup casing CPU terlalu keras hngga sulit untuk dibuka. Setelah permasalahan selesai, aku pun tertuju pada CPU ku yang sudah sukses ku bongkar. Dosen telah mendeklarasi waktu perakitan. Aku pun dengan sigap memasang tiap komponen dengan tangan yang masih bergetar. Hingga tak sadar aku memasang heatsink dalam posisi yang salah. Ku putar lagi 4 murnya dan segera memutar mur dengan heatsink dalam posisi benar. 
Tanganku masih belum terkendali, semakin tak terkendali ketika sang dosen berada di depanku untuk memberi pertanyaan. “Apa contoh dari Static RAM?” jedddhhheenngggg!!! ‘apa’ batinku. Aku pun menjawab sekenanya dan dosen pun sepertinya tak menunjukkan benar atau salahnya jawabanku. Well, dosen meninggalkanku dengan jawabanku yang mengambang.
Kini ku harus mengejar waktu, segera menyelesaikan rakitanku. Perasaanku semakin tak karuan ketika vira mulai mengetes CPU nya nyala atau tidak. Namun, tak lama kemudian aku pun menyelesaikan tugasku tepat setelah vira menyelesaikan pengetesan.
Disinilah awal kegilaanku. Ku pasang port monitor ke VGA port yang berada pada backpanel CPU. Ku pasang kaber power ke power supply. CPU menyala, fan berputar, lega hatiku. Namun, apa yang terjadi selanjutnya? Fan berhenti. Ku cabut kabel power dan ku tekan setiap kabel yang menempel pada mainboard. Ku ulangi lagi. Lagi. Lagi. Namun, lagi-lagi fan menyala lalu mati. Ku lihat di sekeliling. Lilis, teman yang sekloter denganku sudah siap untuk mengetes CPUnya. Aku panik, namun hidayah itu muncul begitu saja. Tiba-tiba aku ingat kalau CPUku belum aku pencet tombol power. Oh my God. Iya, ketika kita akan menyalakan komputer kita harus menekan tombol power dulu kan? Oh, betapa bodohnya aku. Aku pun keluar dengan riang gembira karena aku bisa menyelesaikan tepat waktu.
Hari ini diadakan Pemilihan Raya. Memilih ketua BEM dan anggota MPM. Wah, tak ku sangka, surat pilihan tiap prodi berbeda. Apa yang membedakan? Foto calon anggota MPM. Dan sebagai mahasiswa MI, maka fotoku pun menghiasi surat suara untuk prodi MI. Entah lah, aku tak begitu yakin aku akan terpilih. Sainganku, emmm, bukan, musuhku, bukan, kedua temanku cukup layak untuk menjadi anggota MPM dibandingkan aku. Namun, di sela-sela kepesimisanku, aku cukup lega ketika salah satu temanku setengah berbisik kepadaku, “Gue milih loe, jadi loe harus bisa jaga amanah.” Ku harus ucapkan TERIMA KASIH kepadanya kalau benar ia memilihku.
Satu kebodohan dari pemira ini. Kalian tahukan siapa calon anggota MPM dari prodi MI? Dari postingan sebelumnya mereka lah; aku, Putri, dan Intan. Berhubung aku sepaket sama Intan (Ingat: kesepaketan ini karena keterpaksaan) maka kami memutuskan untuk saling memilih dan jangan memilih diri sendiri. Bagi kami, ini sungguh konyol. Tak apalah yang penting BAHAGIA. Hahahahha....
Selepas pemira, ternyata ada rencana dadakan. Anak-anak MI mengajak sore itu juga ke Danau Sunter. Sulit rasanya untuk menolak. Apalagi selama ini aku selalu menolak dari ajakan mereka. Aku pun mengiyakan untuk ikut bersama mereka, bersama paketanku tentunya. Semua berjalan lancar sampai aku bosan duduk dan memutuskan berdiri. Sungguh-sungguh tak ku sangka, rupanya ada lubang. Kaki kananku pun masuk ke dalam lubang itu. Basah. Lebih parahnya, nyaris tak ada yang menolongku. Sial.
AKAN TETAPI, berhubung besok aku akan balik ke kotaku tercinta, maka semua yang ku alami hari ini akan ku jadikan cerita indah saat ku berada di PURWOREJO. . .

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

mataku


Di sela kelelahan mataku ku coba gerakkan jemariku, ku biarkan mereka mnari-nari di atas tuts – tuts keyboard.
Tak ku biarkan mata ini mengarah ke monitor yang seakan memancarkan cahaya yang seakan menyerap daya dari mata ini.
Ku istirahatkan mata ini dengan memejamkannya pelan. Ku coba masuki alam mimpi namun ku tak sampai karena teriakan – teriakan tak berdosa yang memecahkan kedamaian alam tak nyata itu. Ku tulikan telinga ini, sehingga ku konsen merajut benang-benang yang ku gunakan untuk menyebrang ke alam mimpi.
Sebenarnya ku tak ingin larut dalam kedamaian ini. Ku harus bangun dan memompa semangat, apalagi project telah dideklarasi. Tapi, satu pertanyaan dari ku, “Kenapa lagi-lagi aku harus menjumpai layar bercahaya ini! Tak ingin mataku berreplikasi. Tidak! Aku benar tak ingin!

Kini ku bersandar di kursi depan komputerku. Ku duduk tertegun sambil melirik ke monitor computer teman sebelahku. Scanning virus. Sungguh mengenaskan! Dan semakin mengenaskan karena yang di scan adalah flash diskku. Dan seperti biasa, semua folderku berubah menjadi shortcut. Tidaaakkkk!!! Satu yang tak ku ingini ketika flash diskku bermasalah adalah laptop yang tertular virus.
Ku rasa sekarang mataku sudah mulai membaik, apalagi setelah temenku yang biasa duduk di belakang sebelahku dating menuju computer yang tak biasa ku lock off. Ia mengganti warna layar tempat ku letakkan outputan monitor menjadi hitam. Kelam. Membelalakkan mataku yang pedih tadi.

Ku berjalan ke belakang memperhatikan apa yang sedang dilakukan teman-temanku. Ku lihat beberapa bangku kosong dengan computer ter-lock off. Namun, kebanyakan dari mereka memainkan game yang kelihatannya seru. Dulu aku gamer yang selalu setia mengisi ‘jam-jam pengangguran’ku dengan bermain game. Namun, sekarang minatku untuk bermain game amat sangat berkurang dikarenakan seringnya aku bertemu dengan layar penyiksaan ini. (huh, lagi-lagi aku harus berkata, “mataku pedih….”). dari sekian computer yang digunakan untuk bermain game, ku lihat 2 (atau bahkan lebih) layar dengan codingan-codingan yang penuh variasi dari sekedar apa yang dosen pemrograman berikan. Hebat mereka… tapi mengapa aku begitu malas untuk menjadi follower mereka? Di tengah kesibukan mereka masing-masing terdengar suara pemuteran film di belakang kelas. Andai saja di 406 ini setiap anak tidak menyanding computer masing-masing, pasti keadaan 406 akan seperti kelas PASKIBRA. Nonton bareng sekelas. Pasti jauh lebih menyenangkan nonton bareng daripada nonton film di laptop sementara yang lain asyik ngGame. Mungkin aku hanya iri karena aku tak tergabung dalam salah satu 2 ‘kubu mendominasi’ itu (???) karena aku justru menyibukkan diri dengan mengetikkan huruf-huruf yang kini sudah merangkaikan diri menjadi kata-kata yang berbaris menyusun kalimat.
Ku lirik lagi layar monitor sebelahku. Progress 95.9%. waw, lama sekali. Proses scanning belum berhenti. Sebegitu parahkah ??
Alhamdulillah, flashku telah kembali seperti semula. Yey!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ini...


Hari ini, pagi ini, siang ini, sore ini, dan malam ini. Begitu banyak kejadian yang tak terduga, emmm...bukan tak terduga tapi apa ya??? Entahlah, selalu ku sulit mendeskripsikannya.
Pagi ini. Mungkin bisa dikatakan event Pemakaman Tarno telah berakhir. Dan seperti paham yang selama ini ku anut ; Slow down, Take it easy! Semua kan baik2 saja selama kita jaga emosi kita. Nilai bukan semata-mata diambil hanya dari UAS, UTS, Tugas, tapi juga dari attitude kita. Pintar-pintarlah cari muka depan dosen. Be great follower guys! Tapi satu hal yang tak ku mengerti selama aku berstatus mahasiswa; aku selalu duduk di depan, sang dosen selalu menunjukku menjawab pertanyaan, tapi mengapa dosen itu tak mengenalku? Bahkan sekedar mengingat namaku pun tak sanggup? Apa namaku terlalu ‘great’? W.O.W! atau aku memang kurang aktif. Entahlah, lupakan saja, tak terlalu penting dosen itu tahu dan hafal namaku atau tidak, yang terpenting secara tertulis aku bisa mendapatkan nilai yang bagus darinya. 95 boii.... (it’s just be my motivation, don’t think other). Well, all is well.
Siang ini. Bongkar pasang CPU. Great!! Ya, hari ini praktek UTS Orkom. Dosen orkom terlalu baik hingga ia memberi waktu bagi kami untuk berlatih hingga jam 1 tiba. Semua berjalan lancar, apalagi kelompok 3, yang secara bergiliran latihan bongkar pasang. Tapi hal aneh terjadi saat aku yang mendapat giliran. Emmm, bukan aneh sih, tapi lebih kepada.....tanda tanya (????) bukan karena aku salah cabut slot atau aku memasang mur motherboar di power supply, bukan pula aku mematahkan obeng. Kala itu aku sedang merakit kembali CPU yang aku bongkar, dan sebagai fans no 1 ku, Intan (lihat account facebook-qu), ia duduk di depan ku mengamati caraku merakit. Tiba-tiba terdengar celoteh, “Udah ngomong aja, nggak usah pake kode2. Nggak perlu bisik2 lah.” Ku lihat di sekeliling. Terlihat sepasang bola mata yang mengarah kepada kami. Dan sang pemilik mata itulah yang berceloteh seperti tadi. Aku bersikap biasa saja, namun tidak bagi Intan. Ia terlalu sensitif mendengar kata itu. Ia terlalu merasa, yah secara kita selalu interlokalan, maklum kita terlalu kaya. Mungkin benar, seharusnya (aku+Intan):2=sama rata (begitu juga dengan ibu kita).  Ia terlihat tenang ketika dosen orkom telah berada di ruang sauna itu. Hari ini hanya 1 kloter yang mendapat giliran, tiap kelompok mengirimkan 1 wakilnya untuk memperjuangkan, bukan, praktek BP CPU. Kelihatannya semua berjalan lancar dan semua mendapat nilai A. Congrat kawan!
Sore ini. Kumpul jurnalistik. Sebenarnya hari ini kumpul juga div.Humas, tapi ikutan jurnal aja dah. Sebelum aku cerita banyak tentang jurnal sore itu, aku ingin berhenti tertawa sebentar. (Hahahahhahhahh.......tahukah kamu mengapa kau tertawa? Divisi humas cewek terdiri dari 3 anak, aku, Lia dan Vita dengan kadivnya Ka Marcel. Yang membuat lucu adalah ketidakhadiran orang2 yang aku sebutkan. Kalau semua nggak datang, kenapa buat jadwal hari ini, haduuuhhhhh)—back to jurnalistik---new member dan sore ini rapat pertama redaksi 4pm dengan pimred baru tentunya (go Yuli...). suasana terlihat berbeda ketika tempat duduk mulai dipisah berdasarkan kedudukan dalam redaksi. Aku yang tergabung dalam percetakan segera menempatkan diri. Ku cari bangku kosong yang berada dalam deretan terakhir. Terlihat kawanku yang paling jorok disana. Ku duduk di sampingnya dan boii 6 duduk di sampingku. Tapi boii 6 justru maju ke depan ke bangku kosong tersisa.  Terlihat sahabat karibku duduk sederet dengan boii 6. Ya sudah lah, ku tak memaksanya untuk duduk di sebelahku karena ku tahu dia bakal duduk dengan siapa. Dan benar pradugaku. Dan begitulah.
Keadaan mulai memanas ketika mereka-mereka mulai mengemukakan argument2 yang sepertinya memojokkan sang pimred. Keadaan yang benar2 tak ku sukai, oleh sebab itu, aku lebih asyik bermain BOUNCE di HP kawanku, tapi begitu jahatnya karena aku selalu dikatakan “BODO banget”
Ya sudah, walau demikian pikiranku masih tersambung dalam rapat sore itu. Yang membuatku terdiam setelah rapat itu selesai adalah keluhan dari sahabatku. Ia tak ada hentinya membicarakan kekesalannya, kekesalan gara-gara ada ‘pihak lain-yu no hu’ yang mengambil alih apa yang ingin ia kerjakan, menyusun dan mendesaign mading dan karena ada pihak lain, ia, bersamaku juga, hanya kebagian menempel, M.E.N.E.M.P.E.L. cukup jelas.
Dan sepanjang perjalanan pulang, pulang ke kosanku karena teman sekosannya ke kosan temannya (???) ia ngomong tiada henti. Dan disitulah ku menemukan salah satu sifatnya. Ketika ia sedang nggondhok senggondhok-nggondhoknya, maka jangan berharap kau bisa menyela pembicaraannya. Ia pun bercerita tentang sahabat lamanya yang sampai sekarang masih terjaga persahabatannya, ww. Sekarang ku berada di posisi ww yang hanya bisa terdiam, mendengar, ketika sahabatku sedang dalam keadaan kesal. Hingga...
Malam ini. Seharusnya aku berada di kosan sendiri karena teman sekosku pergi ke Jakarta Pusat ke tempat pamannya. Itu seharusnya, karena sebenarnya aku bersama Intan. Ia di kosanku karena takut di kontrakan sendirian gara-gara di samping kontrakan bernomor 23 itu ada orang meninggal. Dan aku tak merasa kesepian. Aku justru merasa gila karena kegilaan Intan. Ia sungguh aneh hari itu. Keanehan itu semakin menjadi ketika ia mendapat sms dari kakak tingkat atau lebih tepatnya senior pas di SMA dan sekarang. Begitu kagetnya ia ketika mendengar kabar tentang Ova. Ova jatuh, dan ia tak tahu bagaimana keadaannya. Spontanitas ia langsung memberi kabar ibunya yang tengah berada di desa Kuniran. Ibunya juga terlihat kaget dan ia pun langsung menkonfirmasi Vita yang saat itu tengah bersama Ova. Melihat kegilaan Intan aku pun sedikit terhanyut dalam euforia ketidakwarasannya. Aku ikut bicara ngawur. Hingga kabar itu tiba di telinga kami... “bukan Ova yang jatuh, tapi es krim yang ada di tangan Ova lah yang jatuh”
Mendengar kabar itu, bukan malah reda kegilaannya namun justru semakin marah. Ia semakin menggila. Parah, sangat parah. Aku pun hanya bisa menenangkan karena aku sudah kembali ke aku yang normal. Tapi jika aku di posisinya aku mungkin bisa lebih gila darinya. Rasa bersalah ketika kita menyalahkan orang lain yang sebenarnya orang itu tak bersalah. Malu banggeeeeeeettttttttttt......................!!!!!!!!!!!!!!!
Kegilaan Intan mulai mereda ketika ia mendapat tugas mengerjakan RLD milik teman sekamarnya. Eittsss.....tapi bisa juga karena tawaran kopi yang aku ajukan. Hahahahaha.... ia begitu antusias dan antusiasmenya itu yang aku manfaatkan untuk menghambatnya ;’//’’/’/’/’/’pulang ke kontrakannya. Lumayanlah, setidaknya tak terlalu krik krik krik malam ini......

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tipi


Golllllllllll.......
Begitulah teriakan yang ku dengar dari rumah sebelah, rumah orang tua kosan ku dan begitulah tulisan yang ku baca dari postingan2 status sahabat2ku. Malam ini Indonesia melawan Filipina. Dengar-dengar Indonesia yang memenangkan pertandingan itu dan akan menghadapi Malaysia di final. Saat ini memang sedang ada event pertandingan sepak bola akbar, AFF, atau entahlah aku tak tahu. Sudah sekitar 3 bulan lebih aku lepas dari yang namanya TV. Ku tak tahu perkembangan2 terkini. Berita, gossip, musik, sinetron, dan juga pertandingan sepak bola ini. Dan ketika ku dengar teriakan-teriakan itu kini lagi-lagi ku berpikir dan pikiranku terbang ke rumah di belakang kantor desa Kebonsari yang terpisah oleh lahan kosong tak berpenghuni.
Ku teringat beberapa tahun yang lalu. Dan aku teringat ketika kakak ku marah-marah nggak jelas saat nonton pertandingan sepak bola. Ia begitu kesal karena begitu jeleknya para pemain-pemain sepak bola Indonesia. Dan kini aku berpikir, bagaimana keadaan di rumah itu? Akankah kakak ku tertawa puas  melihat keberhasilan Indonesia yang mampu melaju ke babak final? Ataukah kakak ku justru marah-marah? Marah, karena TV dikuasai adikku untuk menonton Ipin – Upin yang berulang kali di putar. Hahahaha.... geli rasanya jika aku mengingatnya. Ingat ketika aku bertengkar dengan adikku hanya karena acara televisi.  Oh, kini ku malah berpisah dari TV. Hah, tak apalah, yang terpenting aku tak lupa bentuk TV. .

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pikiranku....

sungguh tak sabar menanti tanggal 23 Desember. tanggal yang melebarkan tawaku. Empat bulan sudah ku meninggalkan mereka, dan kini ku tak sabar 'berhadapan' dengan mereka.
tiket memang belum ada di tangan, tapi syukurlah, tempat duduk telah dipesan. terima kasih untukmu kawan, yang telah memesankan untukku hingga kau harus ke beberapa terminal hanya untuk mencarikan bangku kosong untuk kepulanganku.
aku tak tahu apa yang ada dipikiranku saat ini. terbayang rumahku dengan halaman yang luas (tak seperti di kota ini yang sejauh mata memandang hanyalah bangunan-bangunan), terbayang pula wajah2 mereka, orang-orang yang dulu berada di sekelilingku. namun, sekarang aku terbayang kengerian saat ku membayangkan pulang seorang diri di dalam bus. tak pernah ku lakukan hal senekat ini sebelumnya aku. tapi penyakit "homesick" ku ini rupanya telah mengakar dalam jiwa dan raga kemudian memaksaku untuk berjuang melawan ketakutanku berada dalam bus selama sekitar 12 jam.
pikiranku kini justru mengarah ke Kantor Polisi Jakarta Utara. terbayang pula keadaannya yang masih gelap dan belum menunjukkan kemacetan yang terlihat pada siang harinya. disitulah awal perpisahanku dengan mereka. masih teringat benar kala itu sekitar pukul 5 kurang, ku bersama rombongan semobil berhenti di tempat itu. sebelumnya ku perhatikan bangunan-bangunan tinggi yang mulai ku duga-duga bahwa itu daerah Sunter, Jakut. TOYOTA, DAIHATSU, dll. ku tahu kalau itu daerah Sunter karena ku ingat denah yang ku lihat di brosur tempat ku kuliah nanti.
hatiku mulai tak karuan. bingung, takut, sedih. ketakutanku berujung ketika 2 orang laki-laki menyambangi mobil rombongan kami yang saat itu masih berhenti di jalan yang seberangnya ada Kantor Polisi. salah satu pria itu kemudian masuk ke mobil dan duduk di bangku depan. ku pun segera menyadari, pria itu lah yang nantinya akan merawatku.
mobil pun melaju menjauhi daerah dengan bangunan yang ku sebutkan tadi. aku takut, hatiku semakin galau. beberapa menit kemudian mobil melaju pelan menelusuri gank yang dikelilingi rumah penduduk. sungguh amat berbeda dengan keadaanku di desa. mobil pun berhenti di rumah dengan pohon mangganya di depan rumah itu.
bau selokan terasa menusuk hidung. terasa aneh dan sangat berbeda. ku masuki rumah baru (bagiku) itu. sangat asing dan semakin asing ketika solat mengarah ke kiblat namun tak lurus. entahlah, susah ku deskripsikannya.

tak ada tempat seperti surga....
ku dengar lagu dari Samsons. pikiranku kini kembali ke masa saat ini. masa dimana banyak tugas, dan kini ku dihadapkan tugas Orkom. untung lah aku telah menyelesaikannya, meskipun belum di print, tapi blog tugasku dah jadi. ada yang mo liat???? klik aj : http://orkom31.blogspot.com/ 

dengar ku bernyanyi lalala dudu....
list lagu yang diputar di laptop temanku ternyata sudah memutar lagu Bondan itu..
membicarakan lagu, ada beberapa lagu yang mengingatkan pada mereka. contohnya saja Geisha_Kamu yang pertama. mendengar lagu itu membuatku ingat pada kakak ku. bagaimana tidak, sepanjang perjalananku ku kota 'baru' ku ini, kakak kandungku satu-satunya itu memutar lagu itu terus. mungkin lagu itu memang sedang hits, atau di list lagu nya hanya itu, maklum, HP baru. hehehhehe...dan sekarang ku ingin lihat lagu apa saja yang sudah memenuhi HPnya.
sementara itu ketika ku dengar lagu-lagu dari JB, aku ingat ketika ku rebutan untuk bermain game di komputer yang memorynya hampir habis itu. cooking dash, diaper dash, onet. adik ku begitu mahir memainkannya. yang jadi pertanyaanku saat ini; bagaimana kabar komputer rumah ya???
semuanya, ku kan kembali.... waw tak terbayang minggu depan aku akan di kota kecilku yang selalu BERIRAMA, bersama mereka tanpa melupakan apa yang ada bersamaku saat ini dan apa yang ku dapat dan aku alami selama ini...
kebersamaan 31, 406, 4:30, codingan, 'adinGar', pokeran di puncak, pemakaman tarno, gosip C++,
hahahahaha....i luv all.....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Wawancara MPM


Hari ini aku menjalani sebuah wawancara. Wawancara yang entah aku yakin atau tidak akan hasilnya. Wawancara untuk keanggotaan MPM (Majelis Permusyawaratan Mahasiswa). Awalnya tak ada niat untukku ikuti organisasi ini. Hanya saja, aku sudah terlanjur jatuh ke kolam. Jadi, mau tak mau aku harus berenang supaya tidak tenggelam.
Saat itu, aku, intan, dan satu lagi teman sekelasku, Putri, tengah berada di jembatan. Kalau tak salah, saat itu, emmm, sedang apa ya??? Entah lah aku lupa, yang jelas saat itu tanggal 6 Desember 2010. Kami sedang duduk-duduk dan tiba-tiba beberapa senior beralmamater kuning khas Polman mendekati kami yang saat itu tak hanya bertiga. Kakak kelas itu pun menjelaskan bahwa saat itu ada pembekalan MPM dan BEM. Dan, berhubung MI tak ada yang mewakili, maka diutuslah kami bertiga untuk menghadiri acara tersebut. Pertamanya kami kaget. Waktu masuk ke ruangan, kami sudah disuguhkan 12 soal. Kami pun menjawab dengan asal.
Kami dijelaskan agenda Pemilihan Raya, kemudian dijelaskan apa itu MPM, BEM, bagaimana mekanisme menjadi anggota BEM dan MPM. Di akhir acara kami diberi formulir sebagai anggota MPM. Jedddhheeennggg!!! Gludhhaaak!!!
Tak ada niat, kami pun mendaftarkan diri dengan ketidaksengajaan tanpa penuh keterpaksaan. Dan hari ini aku menjalani wawancara seleksi anggota MPM dengan urutan ke-20. Nice number boii, tapi entahlah. Lagi-lagi aku tak yakin dengan jawabanku yang asal dan terlihat polos.
Hhahahaha....
Aku ingin tertawa jika mengingat waktu diwawancarai. Aku berasa sedang berkonsultasi dengan seorang psikolog dan tak merasa aku dalam kondisi persaingan. Terserahlah aku akan terpilih atau tidak, yang jelas aku tlah mencoba sebisa yang aku bisa.
Awalnya, mbak-mbak yang mewawancarai aku (aku lupa siapa namanya) menanyai aku seperti layaknya aku sedang melamar di sebuah perusahaan. Ku jawab apa adanya aku. Lama-kelamaan mbak ini mulai bisa membaca karakterku. Dan ia pun sepertinya kagum dengan sifat yang ku punya. Great follower yang akan terlihat lebih great ketika aku mampu men-show up apa yang ada di pikiranku. Intinya, aku punya great idea namun susah untuk mengeluarkannya sehingga aku lebih membiarkan orang lain mengungkapkan ide yang sepertinya sama denganku. Mbak itu pun berharap aku bisa diterima dan aku bisa menperlihatkan aku yang hebat ini, menurutnya.
Apa yang membuatku tertawa di awal cerita aku wawancara? Saat pertanyaan di tangan sudah habis, mbak itu menawari aku untuk bertanya. Karena di saat aku menjawab pertanyaan yang diajukan mbak itu, mbak itu selalu sharing kepadaku. Jadi saat diberi kesempatan untuk bertanya maka aku manfaatkan kesempatan itu. Aku bertanya, “Bagaimana meningkatkan keberanian untuk mengungkap sebuah ide?” mbak itu pun menjawab dengan jawaban yang memuaskan bagiku. Ia menjawab, “COBA. Cobalah mulai bicara dari hal yang kecil, misalkan saat presentasi di kelas. Tak peduli apa yang kau bicarakan ditanggapi atau tidak, yang penting kamu mencoba. Tak perlu malu, kuatkan rasa percaya dirimu.”
Kemudian mbak itu memberikanku kesempatan kedua untuk bertanya. Aku pun gunakan lagi kesempatan itu, “Semisal kita dalam suatu kelompok ditunjuk sebagai pembicara, namun pada akhirnya mengecewakan karena semisal belum siap, kurang lancar, dsb. Apa yang seharusnya kita lakukan?”
Mbak itu pun menjawab dengan jawaban sederhana, “bilang aja gini, “sorry ya, lain kali aku pasti siap dan lebih baik dari ini.” Tak perlu lah yang lebay bilang maaf(mbaknya me-mode on-kan gaya lebay).
Untuk ketiga kalinya aku ditawari untuk mengajukan pertanyaan. Namun, untungnya aku cukup tahu diri dimana posisiku saat itu. Aku sebagai orang yang diwawancarai bukan yang mewawancarai. Di akhir wawancara, mbak nya bilang, “Ada yang ditanyakan lagi. Tapi kali ini bayar ya?” terlihat senyum manis mbaknya.
Wawancara diakhiri dengan jabat tangan dan ku ucapkan salam sebagai akhir dari pertemuan singkat itu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Evaluasi

Hari ini UTS berakhir, dan Bahasa Inggris menjadi pemungkas yang cukup membuat naek darah anak-anak MI 1. Bagaimana tidak??? jauh sebelum UTS berlangsung, sang dosen sudah memberi peraturan dalam mengerjakan tiap soal. entah itu yang harus lengkap apabila menjawab soal, tenses harus bener, kurang satu huruf salah. apa coba? eh, yang keluar kayak gitu.*STOP MISUH-MISUH*
Mengevaluasi UTS pada semester ini mungkin aku menilai UTSku seperti ini:
- Agama : A
- Pemrograman 1 : B
- SDM & Organisasi : B--
- Orkom: B--
- PSI : B--
- Matematika Dasar : B
- Bahasa Inggris : B--
*-- menunjukkan suatu harapan yang semoga saja menjadi kenyataan untuk merubah huruf di depannya berubah menjadi huruf yang berada 1 tingkat di atasnya. (mau ngomong "A" aja susahnya minta ampun).

hari ini agaknya aku harus "kesuh" pada HP ku. bukan karena nggak ada sinyal, tapi tiba-tiba temenku SMA, cowok, mengirim sms dengan kata "yank". Apaan coba?? males banget sms'an pake kata gitu2an; "sayang, cinta"
isshhhh..... sadar diri dong, we just friend, what are you saying? SMS tuh yang bisa buat aku ketawa dong!!! males banget baca SMS yang sok mesra...ihhhh....
selang beberapa jam setelah itu, temenku tadi yang manggil "yank" tadi sms, katanya itu ulah temennya. ya sudahlah. tapi jika ada cowok yang ngajak "so swit - so swit an" maaf aja ye,, malay bangay gue balesnya....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ku Menangis lagi.....


Saat ini ku sendiri di ruangan kecil ini. Sambil menikmati molen yang ku beli bersama Intan menunggu kamar mandi yang tak kunjung keluar orang yang berada di dalamnya. Di kesendirianku sekarang ini ku membayangkan apa yang sedang orang tua serta kerabatku lakukan siang tadi. Ku teringat sms dari ibuku beberapa minggu yang lalu dimana beliau mengabarkan kalau hari ini tepatnya tanggal 5 Desember sepupu tertua dari jalur ibuku menikah. Sebenarnya amat disayangkan kalau sepupuku menikah pada tanggal ini. Ku katakan ini bukan sebagai pelampiasan karena aku tak bisa hadir di pernikahannya, namun lebih karena ia seorang dokter hewan yang belum ada 1 tahun setelah ia di wisuda beberapa bulan silam. Sungguh cinta membutakan segalanya.
Dan kiniku harus menangis karena baru saja aku mendapat pesan singkat dari adikku yang mengabarkan kalau dirinya baru saja pulang dari Cilacap dan pergi ke Gua Jatijajar. Aku sedih bukan karena aku tak diajak.  Aku sudah pernah ke sana. Aku merindukan orang-orang yang ada disana. Lebih menyedihkan lagi aku mungkin tak bisa pulang kampung akhir tahun. SEDIH. Tangisan aku tunda karena rupanya teman sekamarku telah datang dengan cerita ‘lelah’nya karena seharian mengelilingi Jakarta bersama orang yang dikasihinya.
Entah kenapa tiba-tiba aku merasa keanehan dalam diriku. Aku ingin marah, aku ingin teriak, dan aku merasakan ada yang berkecamuk dalam batinku. Bahkan aku ingin menggigit orang dan tak segan-segan untuk memakannya. Aku tak tahu kenapa, mungkin karena kelamaan menunggu orang di dalam kamar mandi tak keluar-keluar, atau mungkin karena lapar. Lapar? Ku rasa tidak. Aku sudah menghabiskan 4 gorengan seharga gopek perbuahnya. Entahlah, aku pun mengungkapkan hal ini pada Intan. Aku tak tahu apa yang dirasakan Intan di rumah kontrakannya saat Intan tahu apa yang ku rasakan. Mungkin yang ku rasakan sama seperti teman serumah Intan. Rasa itu terus berlanjut hingga aku memutuskan untuk fokus belajar. Perasaanku mulai tenang sesaat ku lihat jam menunjukkan pukul 9. Ku tak tahu berapa lebihnya, yang jelas hatiku lebih tertata. Belajar bahasa Inggris membuat otakku menjadi sedikit low dari biasanya. Mengantuk. Ku coba raih HP yang sedari tadi diam karena tak bersinyal. Sinyal begitu lemah hingga tak ada sms satu pun yang ku terima. Atau memang tak ada yang mengirim sms? Ku kirim pesan singkat ke Intan. Tak ada balasan darinya. Sekali lagi ku kirimi sms yang mengatakan aku sudah mengantuk sangat. Lagi, tak ada balasan. Mungkin ia telah mendahuluiku pergi ke alam mimpi. Baiklah, ku teruskan belajarku. Kali ini matematika. Ku kerjakan soal-soal yang diberikan temanku sendiri. Lumayan susah, tapi gampang. Semoga saja UTS Matematika besok tak mematikan gayaku. Semua lancar hingga tiba-tiba ketika waktu menunjukkan 30menitan lebih dari jam 10, pipiku panas. Air mengalir dengan suksesnya dari mata yang sebenarnya sudah ingin terpejam. Entah kenapa rasa “garuh”ku tiba-tiba muncul dan seketika terbayang wajah ibuku. Ku coba terka apa yang terjadi padaku. Aku tak tahu kenapa aku sekarang lebih cengeng dari sebelumnya. Dulu aku tak pernah menangis. Namun sekarang, mendengar kata ibu, air mataku tak bisa tertahan untuk jatuh. Bahkan saat menulis ini pula, hidungku sudah mulai berair, mataku pun mulai sembab.
Mungkin aku rindu pada ibuku. Dan mungkin tak hanya mungkin karena aku memang sangat merindukannya. Entah kapan aku bisa bertemu dengannya. Ku mohon libur panjang segera datang hingga aku bisa menemui ibuku dan tak hanya bayang-bayangnya saja yang ku lihat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kebingungan Melanda

Aku semakin tak mengerti apa yang seharusnya aku tulis dalam blog ini. aku membuat blog karena pesona Raditya Dika yang begitu memikat hatiku untuk segera membuat blog ini. Tunggu sebentar. mungkin kata "pesona" kurang tepat dalam hal ini. tapi yang jelas, ketenarannya yang berawal dari sebuah blog, mampu mengiming-imingi diriku ini untuk punya sebuah blog. dan kini pun aku punya.blog utama http://www.wamubutabi.blogspot.com/ dengan title "WALAU MULUT BUNGKAM TANGAN BICARA". bingung apa yang mesti di post kan maka aku post aja cerpen-cerpen buatanku. lumayan sudah cerpen yang terposkan, sehingga jika aku ingin post sesuatu yang lain maka akan memperkeruh blogku yang sudah terisi banyak cerpen. akhirnya aku membuat anak blog dan ku beri nama Buku Harian Meonk. sebenarnya terlalu vulgar memberi nama blog dengan judul "BUKU HARIAN", tapi ya sudahlah, aku suka hal ini.
Buku Harian ini sebenarnya ingin ku bawa seperti blognya Radtya Dika yang penuh kekonyolan, kekocakan, dan ke-gemblung-an. dan ini sudah ku coba di awal pembuatan blog ini. menulis kejadian-kejadian nggak penting dan membawanya ke dalam sebuah ke-have fun-an aja. tapi melihat isi dari blog temen-temen aku, rasanya blog ini nggak ada nilainya sama sekali. bahasa tingkat tinggi, dan penuh keromantisan. ku pun mencoba hal itu, namun agaknya terasa sangat 'mekso banget'. menurut mereka, penggunaan 'bahasa tingkat tinggi' disebabkan blog mereka dipantau oleh orang-orang yang mereka anggap 'spesial' dan akan memalukan jika orang itu mengetahui seperti apa mereka. huh. memalukan sangat memang. emmm, bukan memalukan. tapi......apa ya?? mungkin lebih seperti rasa orange (wuih? nggak nyambung ya?). entahlah, aku juga bingung menjelaskannya. tapi, kira2 blogku ada yang memantau nggak ya? terserahlah. yang terpenting bagiku, aku bisa menuliskan apa yang tak bisa ku ungkapkan di blogku ini. upszz, bukan apa yang tak bisa ku ungkapkan, namun dengan tulisan semuanya terasa lebih berasa.
sekarang aku tak tahu mau ku bawa ke mana blog ku ini sesungguhnya, aku bingung. tapi yang jelas, aku sangat menikmati keGo Blogkanku ini. dan sepertinya aku sudah menjadi inspirasi bagi teman-temanku untuk membuat blog juga. Sampingku, Depanku, Belakangnya belakangnya belakangku. semua membuat Blog. yey. pertahankan ini kawan......

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

kewsellll.....

jam segini harusnya aku tidur nyenyak, bukan malah senam jantung kayak gini...
bener2 gila punya teman seorang hacker, dan lebih gila lagi klo aku mencoba belajar dari dirinya..
dan beginilah hasilnya...parah...
buka Notepad, ketik seperti ini

Set wshShell =wscript.CreateObject("WScript.Shell")
do
wscript.sleep 100
wshshell.sendkeys "{BACKSPACE}"
wshshell.sendkeys "{CAPSLOCK}"
wshshell.sendkeys "{NUMLOCK}"
wshshell.sendkeys "{SCROLLLOCK}"
wshshell.sendkeys "{DELETE}"
wshshell.sendkeys "{F5}"
wshshell.sendkeys "{ENTER}"
loop

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

aku????


Berbicara mengenai kelemahan dan kelebihan seseorang, pastilah kita tak dapat menilai diri kita sendiri. Tentu butuh orang lain untuk menilai seperti apakah kita?
Akan tetapi, jikalau kau menyuruhku untuk menceritakan aku ini seperti apa, maka aku akan menjawab aku adalah seorang yang pendiam. Mungkin orang yang mengenalku akan menyetujui jawabanku itu.
Pendiam. Diamku bukan diam seperti orang yang gagal ujian. Bukan diam seperti orang putus cinta. Bukan pula diam seperti orang yang gagal dalam pemilu. Dalam diam ku berpikir. Dalam diam ku menganalisis. Mungkin kalian, orang-orang yang sekedar mengenalku, yang hanya berstatus “oh, dia temanku” tak akan mengerti bagaimana aku yang sesungguhnya. Mungkin mereka akan menganggap aku culun, aneh, dan bahkan akan menyebutku gila karena setiap bertemu orang aku hanya melempar senyum, tanpa ada kata yang terucap dari mulut ini.
Aku tak peduli apa yang kalian pikirkan tentang aku. Karena beginilah aku. Kalau saja aku bisa bernegoisasi dengan Tuhan sebelum aku dilahirkan, aku pun meminta kesempurnaan dari setiap bulir-bulir kehidupanku. Kesempurnaan fisik, kesempurnaan batin. Namun, itu hanya sekedar khayalan yang tak berguna karena pada kenyataannya, Tuhan telah menciptakan aku seperti  ini. Kalau saja negoisasi itu bisa terlaksana dan setiap orang berhak akan hal itu, pasti tidak ada orang ‘tuna’ di dunia yang sebenarnya begitu kecil di hadapanNya ini. Tak ada orang yang sakit hati karena dihina sesamanya, dan tentu tak kan ada air mata yang tertetes sia-sia.
Kembali ke diriku.
Aku yakin kalian, orang yang benar-benar dekat denganku, orang-orang yang sudah menganggap aku saudara, dan orang yang belum mengenalku lama namun tlah mencurahkan segala tentangnya kepada, kalian akan mengerti bagaimana aku sebenarnya. Mungkin kalian terganggu dengan sikap pendiamku serta sifat ketertutupanku ini. TERIMA KASIH sangat kalian selalu di sampingku dengan segala keterbatasanku ini. Ku berharap kalian adalah orang-orang yang selalu memberiku motivasi untuk berubah menjadi yang lebih baik.
Tak ingin aku mengumbar apa yang menurutku baik yang ada pada diriku ini, karena memang tak sepantasnya. Aku hanya makhluk-Nya dengan segala keterbasannya. Tapi akhir-akhir ini, bukan, sudah sejak lama, aku mengamati diriku sendiri. Entah mengapa ketika berjalan dengan teman-teman, aku selalu berjalan di barisan paling akhir. Semisal bertiga, di gang yang tak terlalu lebar, aku selalu menempatkan diri berjalan di belakang dan dua orang sahabatku di depan. Ketika bergerombol banyak pun aku lebih suka berjalan di belakang. Aku tak tahu ini berhubungan dengan sifatku aku tidak. Tapi yang jelas, “Aku lebih suka kau sakiti daripada ku harus menyakitimu. Kau boleh sakiti aku, asalkan kau tak merasa terganggu akan kehadiranku. Yang perlu kau tahu,  aku punya hati, aku punya rasa. Sekejam-kejamnya kau sakiti aku, kau pasti tahu batasannya.”
Lagi-lagi aku tak tahu. Mengapa ku tulis ini. Tulisan yang sebenarnya tak perlu kau tulis ketika kau menginginkan seorang sahabat sejati.  Tak perlu kau ceritakan siapa sebenarnya dirimu karena sahabat sejati akan jauh lebih mengertimu dari sekedar yang kau tulis. Ia akan terimamu tak peduli kau di mata orang seperti apa. Yang jelas tulisan ini hanya sekedar penjelas bahwa ini lah aku di mataku. Semoga kalian yang hanya sekedar siapa aku secara fisik akan tahu sebenarnya siapa aku. Dan kalian yang sudah ku anggap saudara bisa semakin mencintai aku seperti aku mencintai kalian.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

maaf


Pada waktu itu aku sempat menulis “Inilah Budayaku”. Aku tak sadar jikalau aku tlah salah menulis itu. Dan kini aku pun menyadarinya.  “Inilah Budayaku.” Tak ada yang salah, tapi rasanya ada yang kuran dari 2 kalimat itu. Dimana kelanjutan “dan begitulah Budayamu”.
Tulisan kemarin benar-benar menunjukkan keegoisanku. Harusnya aku juga harus tahu bagaimana budaya orang disana. Dan malam ini aku pun tahu akan hal itu, dimana engkau begitu menghormati orang yang lebih tua darimu. Bahkan kau selalu sungkan padaku. Sungguh bagus sekali. Namun, agaknya berbeda dengan kepriadianku. Inginku bisa lebih akrab denganmu, karena jika kamu merasa sungkan padaku, aku pun juga akan sungkan padamu...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ues Males...

sakjane au es males nulis ng blog iki. alasane simpel, perkara diwaca wong sing ra takkarepke maca. jengkel banget. nyebahi. tapi piye neh??? apa iya blog iki kosong padahal uneg-uneg terus teka.
hah. ra urus lah, dekne berpikiran kepiye? terserah, sak karepmu.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAAAAAArghhghghh............

haa,,,,
pengen baliiiiiiiiiiiiii....!!!!!!
au mulai eneg ro sekabehane............
ihhh.....


(astaghfirullah hal 'adzim)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

kakak??? ish...


*Kudu mangkel aku...
Haduh, ada apalagi ini??
Kenapa dia tiba-tiba manggil aku “kakak”??
Hey, aku ini orang jawa, kamu panggil aku ‘mbak’ aja, udah berapi-api hati ini... dan kenapa sekarang jadi ‘kakak’? Jadi berasal dari Indonesia bag. Timur nih...
Jujur, aku tak suka sekali. Oke deh, aku sudah mulai terima kamu panggil ‘mbak’, tapi ati iki mangkel pol nek kowe nyeluk aku ‘kakak’.
Bagiku, sebutan kakak berasa dalam suasana pramuka yang penuh kesenioritasan. Dan aku pun amat canggung ketika aku memasuki kota ini dengan memanggil para kakak kelas atau lebih tepatnya senior dengan panggilan “kak”.
Betapa sangat tidak nyamannya aku memanggil ‘kak’.  Apalagi ada senior aku yang sejak awal kenalan nggak mau dipanggil ‘mbak’ dan meminta dipanggil ‘kak’.
Ok. Aku mulai terbiasa memanggil para seniorku dengan sebutan ‘kak’. Bahkan kakak kelasku waktu SMA, yang biasa ku panggil ‘mas’ kini harus ku panggil ‘kak’, dengan nada yang aneh tentunya.
Well, yang jadi permasalahan saat ini, kenapa dia manggil aku kak sih??? Kita ini satu angkatan,  umur kita beda cuma berapa bulan. Tapi kenapa?
“Mungkin  lo nggak ngerasa. Dan mungkin itu udah jadi kebiasaan lo. Itu hasil pengamatan gue, karena gue sering dengerin sedikit pembicaraan lo ama nyokap lo dengan panggilan yang tidak konsisten. Kadang manggil ‘ibuk’ kadang ‘mama’.”
Ini hal sepele. Tapi hati, telinga, rasa ga bisa dibohongin. Telingaku panas kalau kau panggil aku ‘kak’, bahkan kalau perlu adik kelas tingkat 1 besok manggil aku ‘mbak’ aja, karena berasa lebih akrab, kekeluargaan, dan tidak berasa kesenioritasan.
Dan bagi kalian yang seumuran denganku , tak perlu lah memanggilku ‘mbak’ apalagi ‘KAK’. TERIMA KASIH. Telinga ini cukup panas untuk mendengarnya.
(*semua berawal dari hal2 yang sepele. Kalau kalian menganggap tulisan ini sesuatu yang sepele, tak masalah bagiku. Tapi inilah aku. Ini budayaku. )
*Kudu mangkel aku...
Haduh, ada apalagi ini??
Kenapa dia tiba-tiba manggil aku “kakak”??
Hey, aku ini orang jawa, kamu panggil aku ‘mbak’ aja, udah berapi-api hati ini... dan kenapa sekarang jadi ‘kakak’? Jadi berasal dari Indonesia bag. Timur nih...
Jujur, aku tak suka sekali. Oke deh, aku sudah mulai terima kamu panggil ‘mbak’, tapi ati iki mangkel pol nek kowe nyeluk aku ‘kakak’.
Bagiku, sebutan kakak berasa dalam suasana pramuka yang penuh kesenioritasan. Dan aku pun amat canggung ketika aku memasuki kota ini dengan memanggil para kakak kelas atau lebih tepatnya senior dengan panggilan “kak”.
Betapa sangat tidak nyamannya aku memanggil ‘kak’.  Apalagi ada senior aku yang sejak awal kenalan nggak mau dipanggil ‘mbak’ dan meminta dipanggil ‘kak’.
Ok. Aku mulai terbiasa memanggil para seniorku dengan sebutan ‘kak’. Bahkan kakak kelasku waktu SMA, yang biasa ku panggil ‘mas’ kini harus ku panggil ‘kak’, dengan nada yang aneh tentunya.
Well, yang jadi permasalahan saat ini, kenapa dia manggil aku kak sih??? Kita ini satu angkatan,  umur kita beda cuma berapa bulan. Tapi kenapa?
“Mungkin  lo nggak ngerasa. Dan mungkin itu udah jadi kebiasaan lo. Itu hasil pengamatan gue, karena gue sering dengerin sedikit pembicaraan lo ama nyokap lo dengan panggilan yang tidak konsisten. Kadang manggil ‘ibuk’ kadang ‘mama’.”
Ini hal sepele. Tapi hati, telinga, rasa ga bisa dibohongin. Telingaku panas kalau kau panggil aku ‘kak’, bahkan kalau perlu adik kelas tingkat 1 besok manggil aku ‘mbak’ aja, karena berasa lebih akrab, kekeluargaan, dan tidak berasa kesenioritasan.
Dan bagi kalian yang seumuran denganku , tak perlu lah memanggilku ‘mbak’ apalagi ‘KAK’. TERIMA KASIH. Telinga ini cukup panas untuk mendengarnya.
(*semua berawal dari hal2 yang sepele. Kalau kalian menganggap tulisan ini sesuatu yang sepele, tak masalah bagiku. Tapi inilah aku. Ini budayaku. )

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pagi ini ku menangis lagi. kalau tidak salah ku menghitung ini untuk yang kedua kalinya semenjak aku benar-benar pisah dari yang namanya keluarga dan saudara.
ku benar-benar merindu mereka. segalanya berbeda disini, dan aku benar-benar RINDU pada setiap aturan yang berlaku di rumahku. benar-benar ku rindu. dan ketika ku menulis ini pun, air mata ini nyaris turun membasahi pipi.
ku kangen ibu. segala tentang ibu. segala bentuk perhatian ibu, baik yang ku suka maupun tak ku suka. tapi setidaksukanya aku pada aturan ibuku, aku merindukannya. jikalau ada yang menerapkan aturan dan amat sangat bertentangan dengan aturan ibuku, maka muka ini tak kan bisa ku bohongi. diam dan cemberut.
pikiranku pun melayang pada suasana rumah yang seperti itu. senyuman dan tangisan adikku, suara kakakku saat menyanyi sambil bermain game di komputer, suara RAM komputer "titttttt...tit.....tittttt" gara-gara kekurangan memory, bapakku yang tiap maghrib dengan nada kerasnya menyuruh kami, anak-anaknya untuk segera mematikan TV yang masih terus becuap-cuap sendiri. ku pun ingat dan ku rindu saat ibu keluarkan air matanya sehabis solat. kini pun aku sadar, di saat ku jauh, ku rasa semua itu begitu berarti. 
dan aku hanya bisa menangis ketika mengingat itu semua.
Pikiranku lebih jauh melayang ke sebuah SMA antik di Purworejo. Lorong Mina, Sela Matangkep, ketepeng, trembesi, dan tentu saja PASKIBRA (iPA Satu KIta BeRsAma). segala tradisi di kelas itu masih terasa nyata. makan bareng di kelas, alunan suara temenku kala menyanyikan lagu2nya Kerispatih, cerita tentang Mas Kun, dan tak pernah terlupakan, our imitator...
tapi dari semua itu, hanya ibu lah yang benar-benar membuat mata ini tak bisa kering.
***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mentoring 19.11.10

My Friends said....
mia itu.........
-Baik
-Setia
-Lembut
-Sabar
Buruknya, terkadang suka emosian

-baik, lembut, pendiem, tenang

Mia! Best roomate!
pengertian, setia, lembut ky tepung, ASYIIK!! masih banyak lagi!!!

-mia kalem, suka kerja keras, baik, hebat dalam menghadapi tantangan

-baik, kalem, telaten, sabar

pendiem
baik
kalem
tenang

pendiam
ga terbuka

>>TERIMA KASIH Kawan atas penilaian kalian kepadaku...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

 jika kau tanya tentang apa yang aku rasa, aku akan menjawab "entahlah".
aku tak tahu, benar tak tahu.
rindu keluarga?? aku bahkan tak keluarkan air mata untuk ungkapkan itu.
kesepian?? aku di kelilingi orang-orang yang menyayangiku.
sedih?? apa yang membuat aku sedih?
seneng?? ada sesuatu yang mengganjal dalam hati dan pikiran...

aku benar tak tahu apa yang ku rasa..
aku hanya merasakan sesuatu yang berbeda dalam kehidupanku....
mungkin karena aku tak setiap hari melihat senyum tawa orang tua, kakak dan adikku...
mungkin karena aku rindu tingkah laku teman-teman lamaku...
mungkin karena aku berada di daerah asing yang berbeda dengan daerahku..
mungkin karena aku kehilangan sesuatu...

1 september 2010 -- 18 november 2010
secara resmi, aku menjalani kehidupanku yang berbeda. baru sekitar 2,5 bulan.
lagi-lagi ku katakan, aku tak tahu yang ku rasa.
ketika ku jalani hariku pada 7.30 am -4.30 pm ku rasakan dekat dengan mereka. semua teman yang 'gila'. sungguh, walau baru 2,5 bulan, mereka tak terasa asing, seperti sudah bertahun-tahun mengenal mereka.
menyenangkan. terima kasih kawan.
tapi aku bingung, pada waktu itu juga ku merasakan sebuah 'ketidaksemangatan'. apa aku.......????
stop berhenti tentang hal itu. aku tak ingin orang tuaku kecewa karena aku. ku coba berkali-kali menepis hal itu. harus....harus....harus....berkali ku sampaikan pada Penciptaku, ku tekatkan hati, ku bulatkan niat...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Aku adalah seorang yang individualis.
mungkin itulah yang akan orang-orang katakan ketika mereka mengenalku.
aku merasakan hal itu. dan ketika ku tanyakan pada diriku sendiri, aku pun akan menjawab "itu benar"
aku tak pernah meminta aku menjadi diriku seperti ini. besar harapanku untuk merubahnya, tapi begitu susah ketika mencoba.

sebenarnya bukan karena aku bersifat individualis, tapi karena aku termasuk orang yang nggak akan bereaksi ketika tidak ada reaksi. aku tak akan menyapa sebelum disapa. aku akan diam ketika orang tak memulai bicara. sungguh aku tersiksa dengan keadaan seperti itu, membuatku tak punya banyak kawan.

walau demikian, aku selalu dipertemukan dengan orang-orang yang selalu mengerti keadaanku. tapi, selalu juga hanya beberapa orang. andai banyak orang mengerti benar keadaan ku seperti orang-orang terdekatku mengertiku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hari  ini aku mendapat sebuah pertanyaan dari sahabat yang hampir tiap hari duduk di depanku. Sebuah pertanyaan sederhana namun butuh waktu sekitar 10 menit untuk menjawabnya. Mana yang akan kamu pilih: dekat dengan orang yang kamu suka atau dekat dengan orang yang suka sama kamu?
-         Dekat dengan orang yang kamu sukai: kamu akan merasa senang, tapi rasa itu hanya ada di dalam hatimu dan dia tidak akan tahu apa yang kamu rasakan. Dan ketika ia mulai mendekati orang yang ia cintai, kamu akan merasakan sakit hati.
-         Dekat dengan orang yang suka sama kamu: kamu akan merasa senang karena tiap saat kamu mendapat perhatian. Akan tetapi ketika kamu lebih menyukai orang lain, apa kamu tega semua perhatiannya akan kamu balas dengan rasa sakit hati untuknya.
Jadi, menurutku pertanyaan yang dilontarkan sahabatku tadi intinya: kamu lebih suka disakiti atau menyakiti?
Dengan berpikir seperti itu maka aku menjawab: aku lebih suka dekat dengan orang yang akan aku suka. Cintaku mungkin akan bertepuk sebelah tangan, namun jauh lebih baik daripada aku harus menyakiti hati orang yang sudah berbuat baik kepadaku.
Aku tak tahu bagaimana pandangan sahabatku tentang jawabanku. Namun, sebagai orang kedua yang diberi pertanyaanku itu, aku merasa jawabanku cukup tepat karena orang pertama yang ia tanyai juga punya jawaban yang sama.
Aku cukup terkejut saat sahabatku memberi tahu kalau aku adalah orang kedua yang diberi pertanyaan itu. Bukan karena apa. Tapi karena orang pertama adalah orang yang mungkin ia suka. kalau aku orang kedua berarti aku dianggap sahabat yang bisa ia percaya (semoga bukan hanya perasaanku saja). Dan kalau memang benar itu adanya, aku ucapkan TERIMA KASIH untukmu kawan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS