RSS

aku????


Berbicara mengenai kelemahan dan kelebihan seseorang, pastilah kita tak dapat menilai diri kita sendiri. Tentu butuh orang lain untuk menilai seperti apakah kita?
Akan tetapi, jikalau kau menyuruhku untuk menceritakan aku ini seperti apa, maka aku akan menjawab aku adalah seorang yang pendiam. Mungkin orang yang mengenalku akan menyetujui jawabanku itu.
Pendiam. Diamku bukan diam seperti orang yang gagal ujian. Bukan diam seperti orang putus cinta. Bukan pula diam seperti orang yang gagal dalam pemilu. Dalam diam ku berpikir. Dalam diam ku menganalisis. Mungkin kalian, orang-orang yang sekedar mengenalku, yang hanya berstatus “oh, dia temanku” tak akan mengerti bagaimana aku yang sesungguhnya. Mungkin mereka akan menganggap aku culun, aneh, dan bahkan akan menyebutku gila karena setiap bertemu orang aku hanya melempar senyum, tanpa ada kata yang terucap dari mulut ini.
Aku tak peduli apa yang kalian pikirkan tentang aku. Karena beginilah aku. Kalau saja aku bisa bernegoisasi dengan Tuhan sebelum aku dilahirkan, aku pun meminta kesempurnaan dari setiap bulir-bulir kehidupanku. Kesempurnaan fisik, kesempurnaan batin. Namun, itu hanya sekedar khayalan yang tak berguna karena pada kenyataannya, Tuhan telah menciptakan aku seperti  ini. Kalau saja negoisasi itu bisa terlaksana dan setiap orang berhak akan hal itu, pasti tidak ada orang ‘tuna’ di dunia yang sebenarnya begitu kecil di hadapanNya ini. Tak ada orang yang sakit hati karena dihina sesamanya, dan tentu tak kan ada air mata yang tertetes sia-sia.
Kembali ke diriku.
Aku yakin kalian, orang yang benar-benar dekat denganku, orang-orang yang sudah menganggap aku saudara, dan orang yang belum mengenalku lama namun tlah mencurahkan segala tentangnya kepada, kalian akan mengerti bagaimana aku sebenarnya. Mungkin kalian terganggu dengan sikap pendiamku serta sifat ketertutupanku ini. TERIMA KASIH sangat kalian selalu di sampingku dengan segala keterbatasanku ini. Ku berharap kalian adalah orang-orang yang selalu memberiku motivasi untuk berubah menjadi yang lebih baik.
Tak ingin aku mengumbar apa yang menurutku baik yang ada pada diriku ini, karena memang tak sepantasnya. Aku hanya makhluk-Nya dengan segala keterbasannya. Tapi akhir-akhir ini, bukan, sudah sejak lama, aku mengamati diriku sendiri. Entah mengapa ketika berjalan dengan teman-teman, aku selalu berjalan di barisan paling akhir. Semisal bertiga, di gang yang tak terlalu lebar, aku selalu menempatkan diri berjalan di belakang dan dua orang sahabatku di depan. Ketika bergerombol banyak pun aku lebih suka berjalan di belakang. Aku tak tahu ini berhubungan dengan sifatku aku tidak. Tapi yang jelas, “Aku lebih suka kau sakiti daripada ku harus menyakitimu. Kau boleh sakiti aku, asalkan kau tak merasa terganggu akan kehadiranku. Yang perlu kau tahu,  aku punya hati, aku punya rasa. Sekejam-kejamnya kau sakiti aku, kau pasti tahu batasannya.”
Lagi-lagi aku tak tahu. Mengapa ku tulis ini. Tulisan yang sebenarnya tak perlu kau tulis ketika kau menginginkan seorang sahabat sejati.  Tak perlu kau ceritakan siapa sebenarnya dirimu karena sahabat sejati akan jauh lebih mengertimu dari sekedar yang kau tulis. Ia akan terimamu tak peduli kau di mata orang seperti apa. Yang jelas tulisan ini hanya sekedar penjelas bahwa ini lah aku di mataku. Semoga kalian yang hanya sekedar siapa aku secara fisik akan tahu sebenarnya siapa aku. Dan kalian yang sudah ku anggap saudara bisa semakin mencintai aku seperti aku mencintai kalian.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar