RSS

Ini...


Hari ini, pagi ini, siang ini, sore ini, dan malam ini. Begitu banyak kejadian yang tak terduga, emmm...bukan tak terduga tapi apa ya??? Entahlah, selalu ku sulit mendeskripsikannya.
Pagi ini. Mungkin bisa dikatakan event Pemakaman Tarno telah berakhir. Dan seperti paham yang selama ini ku anut ; Slow down, Take it easy! Semua kan baik2 saja selama kita jaga emosi kita. Nilai bukan semata-mata diambil hanya dari UAS, UTS, Tugas, tapi juga dari attitude kita. Pintar-pintarlah cari muka depan dosen. Be great follower guys! Tapi satu hal yang tak ku mengerti selama aku berstatus mahasiswa; aku selalu duduk di depan, sang dosen selalu menunjukku menjawab pertanyaan, tapi mengapa dosen itu tak mengenalku? Bahkan sekedar mengingat namaku pun tak sanggup? Apa namaku terlalu ‘great’? W.O.W! atau aku memang kurang aktif. Entahlah, lupakan saja, tak terlalu penting dosen itu tahu dan hafal namaku atau tidak, yang terpenting secara tertulis aku bisa mendapatkan nilai yang bagus darinya. 95 boii.... (it’s just be my motivation, don’t think other). Well, all is well.
Siang ini. Bongkar pasang CPU. Great!! Ya, hari ini praktek UTS Orkom. Dosen orkom terlalu baik hingga ia memberi waktu bagi kami untuk berlatih hingga jam 1 tiba. Semua berjalan lancar, apalagi kelompok 3, yang secara bergiliran latihan bongkar pasang. Tapi hal aneh terjadi saat aku yang mendapat giliran. Emmm, bukan aneh sih, tapi lebih kepada.....tanda tanya (????) bukan karena aku salah cabut slot atau aku memasang mur motherboar di power supply, bukan pula aku mematahkan obeng. Kala itu aku sedang merakit kembali CPU yang aku bongkar, dan sebagai fans no 1 ku, Intan (lihat account facebook-qu), ia duduk di depan ku mengamati caraku merakit. Tiba-tiba terdengar celoteh, “Udah ngomong aja, nggak usah pake kode2. Nggak perlu bisik2 lah.” Ku lihat di sekeliling. Terlihat sepasang bola mata yang mengarah kepada kami. Dan sang pemilik mata itulah yang berceloteh seperti tadi. Aku bersikap biasa saja, namun tidak bagi Intan. Ia terlalu sensitif mendengar kata itu. Ia terlalu merasa, yah secara kita selalu interlokalan, maklum kita terlalu kaya. Mungkin benar, seharusnya (aku+Intan):2=sama rata (begitu juga dengan ibu kita).  Ia terlihat tenang ketika dosen orkom telah berada di ruang sauna itu. Hari ini hanya 1 kloter yang mendapat giliran, tiap kelompok mengirimkan 1 wakilnya untuk memperjuangkan, bukan, praktek BP CPU. Kelihatannya semua berjalan lancar dan semua mendapat nilai A. Congrat kawan!
Sore ini. Kumpul jurnalistik. Sebenarnya hari ini kumpul juga div.Humas, tapi ikutan jurnal aja dah. Sebelum aku cerita banyak tentang jurnal sore itu, aku ingin berhenti tertawa sebentar. (Hahahahhahhahh.......tahukah kamu mengapa kau tertawa? Divisi humas cewek terdiri dari 3 anak, aku, Lia dan Vita dengan kadivnya Ka Marcel. Yang membuat lucu adalah ketidakhadiran orang2 yang aku sebutkan. Kalau semua nggak datang, kenapa buat jadwal hari ini, haduuuhhhhh)—back to jurnalistik---new member dan sore ini rapat pertama redaksi 4pm dengan pimred baru tentunya (go Yuli...). suasana terlihat berbeda ketika tempat duduk mulai dipisah berdasarkan kedudukan dalam redaksi. Aku yang tergabung dalam percetakan segera menempatkan diri. Ku cari bangku kosong yang berada dalam deretan terakhir. Terlihat kawanku yang paling jorok disana. Ku duduk di sampingnya dan boii 6 duduk di sampingku. Tapi boii 6 justru maju ke depan ke bangku kosong tersisa.  Terlihat sahabat karibku duduk sederet dengan boii 6. Ya sudah lah, ku tak memaksanya untuk duduk di sebelahku karena ku tahu dia bakal duduk dengan siapa. Dan benar pradugaku. Dan begitulah.
Keadaan mulai memanas ketika mereka-mereka mulai mengemukakan argument2 yang sepertinya memojokkan sang pimred. Keadaan yang benar2 tak ku sukai, oleh sebab itu, aku lebih asyik bermain BOUNCE di HP kawanku, tapi begitu jahatnya karena aku selalu dikatakan “BODO banget”
Ya sudah, walau demikian pikiranku masih tersambung dalam rapat sore itu. Yang membuatku terdiam setelah rapat itu selesai adalah keluhan dari sahabatku. Ia tak ada hentinya membicarakan kekesalannya, kekesalan gara-gara ada ‘pihak lain-yu no hu’ yang mengambil alih apa yang ingin ia kerjakan, menyusun dan mendesaign mading dan karena ada pihak lain, ia, bersamaku juga, hanya kebagian menempel, M.E.N.E.M.P.E.L. cukup jelas.
Dan sepanjang perjalanan pulang, pulang ke kosanku karena teman sekosannya ke kosan temannya (???) ia ngomong tiada henti. Dan disitulah ku menemukan salah satu sifatnya. Ketika ia sedang nggondhok senggondhok-nggondhoknya, maka jangan berharap kau bisa menyela pembicaraannya. Ia pun bercerita tentang sahabat lamanya yang sampai sekarang masih terjaga persahabatannya, ww. Sekarang ku berada di posisi ww yang hanya bisa terdiam, mendengar, ketika sahabatku sedang dalam keadaan kesal. Hingga...
Malam ini. Seharusnya aku berada di kosan sendiri karena teman sekosku pergi ke Jakarta Pusat ke tempat pamannya. Itu seharusnya, karena sebenarnya aku bersama Intan. Ia di kosanku karena takut di kontrakan sendirian gara-gara di samping kontrakan bernomor 23 itu ada orang meninggal. Dan aku tak merasa kesepian. Aku justru merasa gila karena kegilaan Intan. Ia sungguh aneh hari itu. Keanehan itu semakin menjadi ketika ia mendapat sms dari kakak tingkat atau lebih tepatnya senior pas di SMA dan sekarang. Begitu kagetnya ia ketika mendengar kabar tentang Ova. Ova jatuh, dan ia tak tahu bagaimana keadaannya. Spontanitas ia langsung memberi kabar ibunya yang tengah berada di desa Kuniran. Ibunya juga terlihat kaget dan ia pun langsung menkonfirmasi Vita yang saat itu tengah bersama Ova. Melihat kegilaan Intan aku pun sedikit terhanyut dalam euforia ketidakwarasannya. Aku ikut bicara ngawur. Hingga kabar itu tiba di telinga kami... “bukan Ova yang jatuh, tapi es krim yang ada di tangan Ova lah yang jatuh”
Mendengar kabar itu, bukan malah reda kegilaannya namun justru semakin marah. Ia semakin menggila. Parah, sangat parah. Aku pun hanya bisa menenangkan karena aku sudah kembali ke aku yang normal. Tapi jika aku di posisinya aku mungkin bisa lebih gila darinya. Rasa bersalah ketika kita menyalahkan orang lain yang sebenarnya orang itu tak bersalah. Malu banggeeeeeeettttttttttt......................!!!!!!!!!!!!!!!
Kegilaan Intan mulai mereda ketika ia mendapat tugas mengerjakan RLD milik teman sekamarnya. Eittsss.....tapi bisa juga karena tawaran kopi yang aku ajukan. Hahahahaha.... ia begitu antusias dan antusiasmenya itu yang aku manfaatkan untuk menghambatnya ;’//’’/’/’/’/’pulang ke kontrakannya. Lumayanlah, setidaknya tak terlalu krik krik krik malam ini......

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar