Tahukah kau kawan jika sore ini baru saja ditelpon ibuku. Yippyy. Terakhir kali ditelpon kapan ya? Sepertinya bulan lalu saat aku stress tingkat dewa. Dan apakah telepon kali ini dikarenakan aku stress kembali? Oh, tidak. Telepon kali ini hanya konfirmasi apakah aku akan menggunakan kereta Senja Utama atau Fajar Utama. Hmmm... akan kemanakah aku?
Dan saat ini, aku menantinya, 23 Desember 2011, tanggal dimana aku melakukan perjalanan panjangku untuk pertama kalinya di tahun keduaku. Sepertinya di tahun ini aku takkan kesepian dan sendiri karena aku punya adek sekarang. Well, di tahun pertamaku sudah 5 kali perjalanan panjang yang aku tempuh. Tahun pertama yang penuh cerita. Mulai dari tas hitam yang ku beli di Ramayana (dengan harga yang fantastis tentu saja) dirobek orang (beruntung tak ada yang hilang) hingga akhirnya aku harus kehilangan C3ku. Tak hanya itu. Banyak pengalaman yang tak terlupa. Perjalanan ketiga kalau tak salah, dimana aku nekat tidak masuk kuliah hari Jumat. Ya, kamis libur dan aku memanfaatkannya. Sebenarnya aku bukan tipe orang yang mudah bolos. Walaupun hari itu hanya satu mata kuliah dan bahkan kosong aku pasti tetap akan berangkat kuliah. Tapi berhubung saat itu sudah sangat dan amat ingin pulang, maka untuk pertama kalinya aku bolos kuliah. Lima hari aku di rumah cukup mengembalikan semangatku. Entah kenapa aku kembali ke Jakarta menggunakan bus (sepertinya karena di perjalanan panjang keduaku saat aku kembali ke Jakarta menggunakan kereta ekonomi, kejadian robeknya tasku terjadi sehingga perjalanan ketiga menggunakan bus). Jadi, ceritanya minggu sore aku berangkat dari rumah. Biasanya kalau perjalanan lancar maka jam 6 pagi sudah bisa dipastikan aku sampai di Jakarta. Sayangnya perjalanan tidak lancar. Baru berjalan berapa kilo dan belum keluar kota, bus sudah harus ganti ban. Lama nian. Dan akhirnya aku pun sampai di Jakarta jam 8.30 pagi. Padahal, saat itu adalah jam mata kuliah Manajemen Produksi. Sesampainya di kosan mandi sebentar dan untuk pertama kalinya naik ojek sepeda menuju kampus. Di kampus rupanya teman-teman sedang duduk-duduk di depan 406, markas besar MI 2010 Family. Ternyata dosen ManProd tidak hadir. Huh, lega.
Hmmm...apalagi ya? Oia perjalanan pertamaku. Aku pulang pertama kali naik bus. Tiket bus pun dibelikan kawanku. Tiket bus Sumber Alam di Pulo Gadung dimana aku belum pernah ke Pulo Gadung. Aku hanya diberitahu kalau aku harus naik 41 agar sampai di terminal Pulo Gadung. Berhubung aku tak tahu wujud terminal Pulo Gadung, maka saat metromini berhenti di antara angkot-angkot yang cukup banyak maka aku pun turun karena ku lihat ada penumpang yang membawa banyak tas yang juga turun. Ku kira sudah sampai di terminal. Dan saat aku bertanya pada orang disekitar situ ternyata aku harus naik 41 tuk sampai ke terminal. Ya, aku salah turun. (-.-)".
Akan tetapi, dari sekian perjalanan yang paling menyedihkan adalah perjalanan terakhir kemarin. Sudah diturunkan di daerah yang tak ku kenali, aku juga harus kehilangan nomor kesayanganku. Bagaimana ceritanya hingga aku harus diturunkan di Pondok Ungu, kawasan yang bisa dibilang daerah Bekasi. Beruntungnya ada mbak-mbak yang juga ingin ke Pulo Gadung, jadi kami naik angkot dari Pondok Ungu ke Pulo Gadung. Kami berpisah di Pulo Gadung. Mbaknya naik busway dan aku sholat subuh terlebih dahulu. Seusai sholat subuh aku meneruskan perjalananku dengan naik metromini 41. Sialnya saat turun di Plumpang, HP yang belum genap 1 tahun itu harus melayang ke tangan orang lain. Sedih. Tapi yang membuat sedih karena aku harus kehilangan nomor yang menemaniku empat tahun lebih, 081915459085. Sampai sekarang pun aku masih mengingatnya. Tak terlupakan. Hmm... semoga pengalaman-pengalaman buruk itu takkan terulang di tahun keduaku.
Aku tak ingin kembali ke Jakarta dengan bus, itulah yang ku katakan pada ibuku. Ibuku pun tahu akan hal itu. Oleh sebab itulah, untuk persiapan kembalinya aku dari perjalananku besok, sore tadi aku mengirim SMS ke ibuku untuk menyiapkan tiket kereta untuk tanggal 1 Januari. Tak ingin aku kehabisan tiket seperti waktu itu. Tahukah kau apa yang ibuku katakan sore tadi saat menelponku? Besok lagi jangan bikin kredit lagi. Kemarin balik ke Jakarta lebih cepat karena untuk bayar kredit kan? Besok-besok nggak usah ikut lagi biar puas di rumah dan tidak kehabisan tiket. Iyya, ibu. Yang membuatku senang adalah jawaban ibu saat ku katakan harga tiket kereta bisnis mencapai 190 ribu. Kau tahu jawaban ibuku? Yo ra po po to? Ora sesasi pisan kog! Aku yakin toh kalau aku pulang sebulan sekali pun ibuku pasti akan memberikan yang terbaik untukku. Terima kasih, Ibu.
0 komentar:
Posting Komentar