Kali ini aku kembali hadir dengan cerita menakutkan,
menggelikan, mengerikan, atau apalah, itu namanya. Kisah ini bermula dari libur
lebaran kemarin, saat aku memutuskan mengunjungi temanku di Jogja.
4 September 2012.
Aku awali perjalanan dari rumahku ke stasiun Maguwo, kemudian lanjut
dengan naik trans-Jogja menuju kawasan Saphir. Aku mengunjungi teman lamaku
untuk yang kedua kali. Hanif, nama temanku. Rencananya kami akan pergi ke Solo,
sekedar berkunjung.
Dan benar saja, keesokan harinya, 5 September 2012, aku bersama
Hanif dan Dewi, teman satu kosan Hanif, pergi bersama-sama menuju Solo. Pukul
06.00 pagi kami sudah siap sedia, melangkahkan kaki ke halte bus dan segera
meluncur ke stasiun Tugu. Perjalanan ini begitu pagi karena menyesuaikan jadwal
kereta api. Kami pun berangkat dengan sukacita. Hanya butuh waktu sekitar 1 jam untuk tiba di Solo menggunakan kereta Prameks.
Perjalanan kami mulai dengan mengunjungi UNS (Universitas
Negeri Sebelas Maret Surakarta). Berhubung tak ada guide
yang membantu kami menelusuri tiap sudut kampus yang begitu luas itu, kami
tak menghabiskan waktu lama disana. Hanya menumpang sarapan di kantin dekat KopMa mereka. Selanjutnya, kami pergi ke taman satwa
Jurug. Kami cukup berjalan kaki dari
UNS. Mungkin hanya 10 menit berjalan hingga loket masuk. Taman satwa itu begitu
sepi, tak banyak pengunjung, mungkin karena hari kerja.
Kami berjalan kesana-kemari. Taman satwa ini begitu luas.
Namun sayang, tak terawat. Besi-besi yang berkarat, kandang hewan yang bau, dan
lingkungan yang kotor. Amat disayangkan, taman seluas itu tak terawat. Setelah
mengililingii tiap sudut taman satwa itu, akhirnya kami pergi ke PGS &
Pasar Klewer. Itulah yang sebenarnya menjadi tujuan kami.
Kami naik metromini menuju PGS. Kalian tahu apa itu PGS? PGS
adalah akronim dari Pusat Grosir Solo. Kalau di Jakarta, sejenis Pasar Tanah
Abang. Hanya memakan waktu beberapa menit. Namun, sebelum kami masuki acara muter-muter PGS, kami sholat
dulu di Masjid Ageng Surakarta. Wah, ternyata kami telah menghabiskan waktu
berjam-jam di UNS dan taman satwa.
Masjid Ageng Surakarta begitu besar. Sebuah masjid klasik
dengan lampu-lampu khas jaman dulu. Bangunannya pun khas bangunan lawas.
Setelah sholat dan sejenak istirahat disana, kami mulai
berkeliling-keliling. Sebenarnya kami sudah kecapekan. Saking capeknya, sesi
foto-foto pun terlewatkan (tak apalah). Tapi, berhubung kami sudah jauh-jauh ke
Solo, maka kami tak akan melewatkan waktu untuk mengunjungi pasar Klewer dan
PGS.
Pasar Klewer adalah pasar yang paling terkenal di Solo.
Pasar ini mirip benar dengan pasar Malioboro, Yogyakarta. Batik-batik khas Solo
dijual disana. Kami pun hanya melewatinya, tanpa ada minat untuk membeli satu
barang pun. ‘Di PGS saja’ batin kami.
Kami jalan lagi. Jalan lagi. Capek, lelah. Tapi, tetap
bersemangat. Kami masuk. Berkeliling-keliling sambil melihat-melihat. Beberapa baju
berhasil kami beli.
Dan setelah puas berkeliling-keliling, hingga kelelahan, dan
bahkan aku hampir terjatuh karena kakiku benar-benar lelah. Kami kembali ke
stasion Solo Jebres, pemberhentian terakhir kereta Prameks, tempat kami turun
saat kami tiba. Sialnya, kami terlambat kembali ke stasiun. Tiket Prameks
menuju Jogja sudah habis. Untungnya masih ada Madiun Jaya yang bias membawa
kami kembali ke Jojgja. Huh, leganya. Jam 18.00 kami baru sampai di kosan Hanif.
Benar-benar hari yang melelahkan. Dua belas jam petualangan ini.
Keesokan harinya, aku memutuskan pulang ke rumah. Aku harus
tiba di stasiun Tugu sebelum jam setengah 2 siang. Lagi-lagi menyesuaikan
jadwal kereta Prameks.
Oke, masih lama. Bias
main-main dulu di Malioboro.
Aku pun mengajak Hanif, pergi ke Malioboro sebelum akhirnya
aku kembali ke Purworejo. Aku akan membelikan beberapa kaos untuk adikku dan
juga membeli sesuatu untuk kado ulang tahun temanku di Jakarta.
Jalan. Jalan. Jalan. Walau masih tersisa kelelahan perjalanan
kemarin, tapi aku paksakan kaki ini untuk tetap berjalan. Jalan. Jalan. Hingga
kisah tragis ini dimulai…
Saat asyik-asyiknya berjalan tiba-tiba aku terjatuh. Kaki
kananku tak mampu menopang badanku.
Jempol kaki kananku tertekuk dan lututku menyapa lantai. Pelan tapi… langsung
lemas saat terjatuh.
Aku tak apa. Aku tak
apa. Mungkin masih capek gara-gara kemarin.
Ku yakinkan Hanif bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Aku baik-baik saja. Akhirnya, karena waktu, aku harus berpisah dengan Hanif. Dia
menuju shelter transJogja dan aku menuju stasiun. Sebelum kereta datang, aku
sholat terlebih dahulu, sembari melihat apakah ada bekas luka dari ‘jatuh’nya
aku tadi.
Owh, hanya lecet
sedikit di bagian lutut.
Aku juga memperhatikan jempol kaki kananku. Rupanya kukunya
membiru, tapi aku tak sadar, itulah yang akan menjadi cerita menyedihkan dan
juga menggelikan.
Aku tak menganggap masalah kuku biruku itu. Walau sakit, tak
ada niatan untuk pergi ke dokter. Aku hanya berpikir, luka ini pasti akan
segera sembuh. Dan benar saja, sekembalinya aku di Jakarta (12/9), rasa sakit
itu sudah tak terasa walau harus meninggalkan warna biru pada kuku jempol kaki
kananku. Tak apa. Sayangnya, bagi teman sekamarku, Intan, itu bukan perkara
yang tak bisa di-tak apa-kan. Ia bilang, kuku itu harus dicabut. Kuku itu sudah mati.
Aku bersikeras tak akan periksa ke dokter, bahkan hanya
sekedar bertanya, konsultasi. Ada bayangan ngeri di benakku. Sereeeem.
Ketika kuku itu sedikit tumbuh, aku memotong ujungnya. Dan ternyata,
sesuatu keluar dari bawah kukuku. Cairan merah. Perlahan-lahan ku keluarkan
semua cairan itu, dan lihatlah kukuku sudah tak sebiru dulu. Tapi, apa yang
terjadi? Daging di bawah kukuku ternyata tidak melekat dikukunya. #bolong. Aku semakin
takut. Tapi ini tidak sakit sama sekali. Ku beri sedikit betadine, berharap
daging di bawah kulit itu kering dan tidak membusuk.
Beberapa hari kemudian…
Kuku yang sedikit putih tadi berubah warna menjadi hijau. Aku
masih tak mau ke dokter. Takut. Dan tak suka. Ditambah lagi saat teman-temanku
tahu betapa hijaunya kukuku. Mereka pun menyarankanku untuk pergi ke dokter. Kuku
itu harus dicabut. Operasi kecil.
Nggaaaakk maauuuuu….. sekali tak mau tetap tak mauuuuuu…
Hingga hari ini, 16 Oktober 2012, pangkal dan sebelah kanan
kukuku terlepas. Persis seperti gigi yang hampir tanggal. Dan karena tak
nyaman, akhirnya aku potong sendiri kuku itu. Sekarang, jempolku hanya menyisakan
sedikit kuku di bagian kiri. Mengerikan!!!
Kini aku hanya berharap kuku baru segera menggantikan kukuku
yang copot…
Segera tumbuh ya kuku..*ting
Berhubung lagi bahas kuku, yuk cari tahu tentang kuku!
Mengapa kuku bisa tumbuh ya?
Berdasarkan sumber yang di dapat, begini nih penjelasannya.
Kuku terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur. Fungsi
kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta
mempertinggi daya sentuh. Pada jari-jari terdapat suatu kawasan rata yang
terletak pada lapisan bawah kuku yang bernama nail bed. Ini terletak di atas
pembuluh darah halus yang memberi makanan dan warna merah jambu pada kuku. Apabila
sel-sel akar nail bed membesar dan membentuk keratin, maka tumbuhlah kuku. Lapisan
keratin terikat satu sama lain dan kuku mulai tumbuh keluar dari akar nail bed
sampai ke ujung jari tangan atau jari kaki. Sebagian besar manusia mengalami
pertumbuhan kuku yang lambat.
Ada beberapa fakta tentang kuku, yaitu:
- Kuku tumbuh sekitar 0,1mm perhari
- Kuku jari kaki 2 kali lebih tebal daripada kuku jari tangan
- Kuku jari tangan lebih cepat tumbuh dibandingkan kuku jari kaki
- Kuku lebih cepat tumbuh selama musim panas
- Kuku pria lebih cepat tumbuh dibandingkan kuku wanita
Wah…wah… kalau melihat fakta diatas, berapa lama ya aku harus menunggu kuku baruku???
Huhuhuhu.... :(
Sumber:
1 komentar:
Kyaa..... I am Here :):)
Posting Komentar