Hari ini? Kau tanya apa kabar aku hari ini, Kawan? Seperti
yang kau lihat, aku baik-baik saja. Teramat baik malah. Apalagi ditambah nilai
UTS Bahasa Indonesia yang dibagikan hari ini. Rasanya luar biasa. Lama aku tak
menjumpai angka itu. Semoga saja kejadian Bahasa Inggris di semester 3 tak
terulang untuk mata kuliah ini. Kepala 9 di UTS yang sia-sia.
Setelah itu? Apa kau mau bertanya apa kabarku setelah mata
kuliah Bahasa Indonesia? Semuanya masih tetap sama, Kawan. Aku baik-baik saja.
Permasalahanku pada kodingan PHP semalam pun teratasi. Ini semua berkat Ari. Terima kasih, Ari. Bantu aku lain kali!
Selanjutnya?
Hmm.. sepertinya aku tahu arah pembicaraan kita. Baiklah,
baiklah. Aku akan cerita.
Ya, hari ini tanggal 22 Oktober 2012. Siapa yang ulang
tahun? Tidak. Aku sedang tidak bercerita tentang siapa yang berulang tahun,
ulang tahunnya siapa, atau tahunnya siapa yang diulang. Seperti yang pernah aku
katakan, 22 Oktober 2012 akan menjadi hari lemes sedunia. Kenapa? Karena tes
interview untuk magang di CIST dilaksanakan hari ini.
Oh ya?
Iya dong. Jadilah 12 orang sudah berada di lantai 7 gedung
Astra Internasional (AI) jam setengah 2 siang, seperti yang telah diberitahukan
sebelumnya. Kebetulan aku berada di urutan ke-9. Lumayanlah, masih banyak waktu
sebelum ke-lemes-an itu datang.
Kau tahu, keluar dari lift dan untuk pertama kalinya
menginjakkan kaki di lantai 7 AI, tengok ke kanan, karyawan berjejeran di meja
panjang dengan sebuah laptop pada masing-masing orang. Meja panjang itu tak
hanya satu dua, tapi tiga, empat, seisi ruangan itu isinya hanya meja panjang
semua. Huh. Tsugoi ne. Dan saat kau
tengok ke kiri waktu keluar dari lift, tulisan gedhe terpampang disana, CIS&T.
Dari pembicaraanku bersama kesebelas orang yang lain, ku
ketahui bahwa CIS&T adalah divisi IT dari PT. Astra Internasional. Di
divisi itulah, Agit (Astra Graphia) berada. Rempong
yey. Yah, beginilah kalau perusahaan besar, cabangnya dimana-mana. Ratusan jumlahnya.
:D
Urutan kesembilan. Lamaaaaaaaa.. Jam 3 sore hari. Masih orang kedua yang di-interview. Aku pun turun untuk sholat
ashar terlebih dahulu. Karena sudah di lantai bawah, maka sekalian pula menghapus
rasa dahaga yang sudah tak tertahankan sedari tadi. Segelas es teh manis dari
pak Padang pun membasahi kerongkonganku. Setelah usai, aku bersama teman yang
lain pun segera kembali ke lantai 7.
Lamaaaaa.. saat kami naik, rupanya Ari yang mendapat urutan
kelima sudah siap dieksekusi. Dan benar saja, beberapa menit kemudian, Ari
dipanggil. Rupanya Ari hanya menghabiskan waktu tak kurang dari 20 menit,
sepuluh menit lebih cepat dibandingkan teman-teman yang lain. Selanjutnya
adalah giliran Amir. Beberapa menit setelah Amir masuk, tiba-tiba Amir sudah
ada di depan. Sang interviewer ada
rapat rupanya. Dan terpaksa jadwal interview diundur jam setengah 7. Oke Kawan,
mari kita turun lagiii.
Kami kembali ke 303, markas besar kami. Tak berapa lama,
Wiwit dari luar ruangan memanggil kami semua yang berada di 303. Dia mengajak
kami semua ke ‘jembatan’, ada acara ucapan selamat bagi kontingen Polman di
Porseni Palembang. Kali ini Polman menduduki peringkat 16 dari 45 Politeknik
yang mengikuti acara nasional itu. Dua emas dan satu perunggu. Itu yang
berhasil Polman Astra raih.
Baru beberapa menit kami duduk disitu, tiba-tiba Bang Alex,
peserta interview urutan kedelapan,
heboh dengan sendirinya. Ia ditelpon, entah siapa yang menelponnya yang jelas
dia, Amir, Intan, dan aku harus ke lantai 7 sekarang.
Baiklah, dengan hati yang dag dig dug, kami dari lantai 3
gedung B menuju lantai 7 gedung A. Wushh.. untung ada lift, jadi menghemat
tenaga kami. (Ya iya lah ada lift, masak iya gedung Astra Internasional nggak
ada liftnya -_-)
Akhirnya kami berempat sudah kembali ke lantai 7. Dan tentu
saja Amir langsung masuk ke ruang eksekusi. Kami menunggu bukan di bangku dekat
recepsionis. Kami masuk ruangan dan melewati meja panjang yang ku ceritakan di
atas. Karena sudah sore, meja-meja itu tak sepenuh saat siang.
Dari keempat yang tadi dipanggil, akulah urutan yang
terakhir. Sementara itu, Ranco, Omoh, Pundut akan menyusul habis maghrib.
Aku menunggu, menunggu, menunggu. Hingga pukul 5.52 pm, Amir
belum juga keluar dari ruang eksekusi. Tak lama kemudian, ia keluar dan
sekarang giliran Intan untuk dieksekusi. Berhubung sudah waktu maghrib, aku
meminta ijin kepada Ibu Irene untuk ke bawah, sholat maghrib. Ibu itu memberiku
waktu 15 menit.
Aku turun sendirian. Bang Alex menunggu gilirannya. Aku dengan
badan yang lemes, keluar ruangan menuju lift dan turun ke lantai 1 menuju
Al-Haya, bersujud, meminta kemudahan.
Aku naik ke atas, ke lantai 7. Benar-benar. Deg-deg-an ini
semakin terasa. Apalagi sewaktu di atas, tak lama kemudian Intan sudah keluar
dan giliran Bang Alex. Aku tambah lemes.
Bu Irene memberitahuku untuk memanggil ketiga temanku yang
belum muncul. Berhubung HP-ku tengah ‘disita’ maka aku menyusul Intan yang
menuju pintu keluar. Beruntungnya aku bisa mengejarnya sebelum ia masuk di
lift. Intan pun memberikan sedikit bocoran tentang apa yang ia rasakan.
Tak lama kemudian ketiga orang itu muncul. Dan tak lama
kemudian pula, saatnya aku dieksekusi. Selamatkaaaan akuuuuu…
0 komentar:
Posting Komentar