baca2 blog orang,,
siapa tau semangat untuk menulis kembali muncul,
setelah sekian lama meninggalkan dunia blog hanya karena tugas..
:D
Demikianlah statusku di facebook yang ku pasang sebelum aku pulang ke rumah (baca: kosan). Entah mengapa malam ini aku ingin sekali menulis. Mungkin aku rindu, juga kangen, kangen untuk menuliskan segala ketidakjelasanku. Sudah lama aku tak memainkan jari-jariku di atas keyboard ini. Jika kau tanya mengapa, maka akan ku jawab, “Entahlah, aku pun tak tahu…”.
Mungkin aku sibuk, tak punya waktu, malas, belum ada ide, apalagi ya alasan untuk tidak menulis. Hmm… kalau lihat status yang aku pasang di atas tulisan ini, mungkin alasannya adalah ‘tugas’. T.U.G.A.S. Memangnya tak bisa ya di sela-sela mengerjakan kita menulis. Jika ada yang bertanya seperti itu, maka aku akan menjawab, “Bisa sih, tapi…”
Sepertinya ketidakjelasanku sudah mulai nampak kembali. Setelah sore tadi sempat kehilangan kata-kata, mengaku tak ber-ide tapi kini sepertinya kata-kata itu muncul begitu saja. Tapi, nak bahas apa kita? #bingung. Baiklah, aku akan memenuhi permintaan kakak pemilik blog “Corat Coret Penuh Makna”. Bukan permintaan juga sih, mungkin sekedar saran. #btw, makasih ka buat sarannya :D (padahal tanpa dikasih saran pun emang pingin bahas tentang hal itu. Hal itu? Apa ya?)
Entah mengapa si kakak tadi menyaranku untuk menulis tentang sidang yang ku jalani hari ini. Tahu dari mana dia kalau hari ini aku menjalani sidang.
Ada yang berteriak sehisteris itu kah? Ku rasa kata sidang sudah tak asing di telinga anak MI Polman Astra. Hampir di akhir semester, kami mahasiswa Manajemen Informatika Polman Astra harus menjalani sidang, tak hanya 1 sidang, beberapa sidang malah, seperti aku saat ini, di semester 3 maka aku harus menghadapi 3 sidang untuk 3 mata kuliah yang berbeda. Dan salah satu sidang pun digelar pada hari ini. Beginilah kisah selengkapnya…
Semua ini berawal dari seorang cowok yang tiba-tiba datang ke mejaku saat UAS praktek bahasa Inggris tengah berlangsung.Tepatnya hari Kamis, 26 Januari 2012, saat perusahaan Buah merayakan ulang tahunnya yang pertama. Aku yang hendak tertidur menjadi sedikit ‘terbangun’ karena kedatangannya. Ia setengah berbisik kepadaku, “Mi, besok sidang RPL! Untuk besok cuma ada 5 kelompok dan kelompok kamu salah satunya!”
Haaaaa….aku??? tak salahkah??
Sebelumnya, tahukah kau apa itu RPL? Jangan tanyakan hal itu karena aku pun tak tahu. Yang aku tahu RPL kepanjangan dari Rekayasa Perangkat Lunak. Apakah itu? Ya seperti itulah, sebuah mata kuliah yang harus kau pelajari jika kau ingin menjadi System Analyst?
System Analyst? Apakah itu?
Untuk memudahkan pendeskripsian apa itu RPL, maka akan ku katakan bahwa RPL adalah mata kuliah yang sangat aku “cintai”. Saking cintanya pada mata kuliah yang satu ini maka aku merasa berat untuk mengerjakannya. Huh. Intinya mata kuliah ini membuatku gila.
Sedikit ada gambaran tentang RPL?
Jika Anda masih bingung dengan penjelasan saya yang memang tidak jelas, maka segera temui saya karena saya akan semakin membingungkan Anda. Di postingan yang lalu (kalau tak salah) aku bercerita tentang pembagian kelompok untuk project yang satu ini. Sekarang aku kan bercerita tentang jalannya sidang. Tapi sebelumnya aku akan jelaskan secara singkat apa yang terjadi selama pembagian kelompok hingga hari ini.
Tiga puluh mahasiswa MI tingkat 2 dibagi menjadi 15 kelompok dengan ketentuan cowok tidak boleh sekelompok dengan sesama cowok. Karena kelas terdiri dari 16 cewek dan 14 cowok maka terciptalah 14 pasang cowok-cewek dan 1 pasang cewek-cewek. Disini kami diberi tugas untuk menganalisa sebuah system yang berjalan di sebuah perusahaan, terserah perusahaan apa yang akan dipilih yang penting tiap kelompok berbeda. Setelah itu kami diharuskan untuk melakukan bimbingan selama 4 kali ke dosen mata kuliah RPL.Di akhir semester apa yang sudah kami analisis harus dipresentasikan ke tim penguji dan saat bertemu dengan tim penguji itulah yang disebut sidang.
Kelompokku mengambil tema “Sistem Informasi Reservasi Tiket”. Itu tema yang ke sekian setelah kami berganti-ganti tema. Pertemuan pertama dengan user. Ya, seperti itulah rasanya. Yang jelas pertemuan pertama dengan sang dosen lebih menyeramkan.
“Kok, rich picture bentuknya seperti conteks diagram ya?” demikian kesan pertama sang dosen terhadap artefak pertama kami.
Apa itu artefak? #timbul pertanyaan seperti itu kah? Artefak adalah apa saja yang harus kami kumpulkan untuk project kali ini. Mungkin di lain kesempatan aku akan memperlihatkan artefak apa saja yang telah berhasil ku buat (walau tak tahu benar atau salah).
Baiklah, kami harus melakukan revisi hingga akhirnya si eMasnya menyetujui rich picture kami. Selanjutnya pertemuan kedua dengan sang dosen. Sekitar 1 jam mungkin, dan tahukah kau, kami hanya disuruh mencari kata benda dan kata kerja dari deskripi gambar yang disebut rich picture. Hingga akhirnya kami diberi tugas untuk mencari atribut dari kelas yang sudah dibuat. (Bagi Anda yang tidak mengerti ini semua, saya sarankan untuk berhenti membaca sejenak, mengambil napas perlahan, minum segelas air putih, cuci kaki, dan lanjutkan membaca).
Alhasil (pada intinya), kami harus ke tempat user untuk meminta kelengkapan data. Namun, apa yang terjadi Saudara-saudara, penyakit malas itu datang tiba-tiba. Mungkin karena padatnya jadwal di luar mata kuliah dan mendekati libur akhir tahun, maka wawancara user pun selalu ditunda-tunda.
Hingga datanglah saat itu, kabar dimana si eMas dosen tidak menerima bimbingan request jika semua artefak belum dibuat. Semakin malas lah kita. Akan tetapi sehubungan dengan minggu-minggu UAS, dan jadwal sidang telah ditentukan, maka mau tak mau aku harus menyelesaikannya. Berkali-kali mengadu pada ibu yang selalu setia mendoakanku dan jawabannya pu cukup singkat, “Sabar ae, anggap jalan menuju sukses sing kudu diliwati. Jaga kondisi n ykin pertolongan Alloh pasti datang.”
Menghadapi itu semua, di akhir pekanku, ku luangkan waktuku untuk mengerjakan RPL. Jumat malam hingga pukul 1 malam, bangun Sabtu pagi jam 5.00, lembur hingga 12 malam, bangun Minggu pagi jam 4, hingga siang hari di hari Minggu aku tepar, tak berdaya, lemes, ngantuk, tenggorokan sakit, dll. Aku pun sedikit untuk bersikap “selow” pada projectku yang satu ini. Hingga cowok itu datang tiba-tiba ke mejaku mengabarkan bahwa besok (=hari ini) kelompokku harus sidang.
Aku belum sepenuhnya selesai, masih acak-acakan. Aku pun bersama ketiga kelompok yang lain begadang bersama-sama di malam Jumat. Satu kelompok yang lain tak ikut karena rumahnya yang jauh. Aku bertahan hingga pukul 1 pagi lebih. Berhubung teman sekelompokku rumahnya jauh, maka aku lah yang bertugas merapikan semuanya. Tak apalah.
Di pagi harinya, aku kembali merapikan segalanya, laporan yang harus dikumpulkan, PPT yang harus ditampilkan. Waktuku cukup ternyata, apalagi aku mendapat giliran ke-lima. Setelah semuanya rapi maka aku bergegas menuju tempat print-print-an-yang-murah. Secara laporan yang ku buat berjumlah 81 lembar, maka aku harus selektif dalam memilih tempat print.
Setelah diprint kemudian dicopy trus dijilid hingga berbentuk laporan yang mirip TA, akhirnya aku berangkat ke kampus. Kelompok pertama tengah berada di medan laga. Ku menunggu, menunggu. Selesai. Kelompok selanjutnya hinggaa dhuhur pun tiba. ISTIRAHAT.
Sidang dimulai kembali sekitar pukul 13.30. Kelompok ketiga masuk ruangan. Dan di saat itulah sang dosen muncul di hadapan kami, makhluk-makhluk yang berada di depan ruangan sidang.
“Hari ini 4 kelompok saja ya. Pengujinya hanya bisa sampai jam setengah 4. Berarti 1 kelompok lagi ya?”
“Cuma sampai setengah 4 mas?” salah satu respond yang terdengar.
“Kelompok terakhir siapa?”
“Saya, mas!” ku jawab dengan muka polosku. “Yah mas, hari ini aja dong mas!” gerutuku.
Entah apa yang terjadi tiba-tiba kelompok 4 menghadap si eMasnya. Setelah berbincang-bincang dengan raut muka yang sedikit tidak mengenakkan, kelompok 4 mempersilahkan kelompokku untuk sidang terlebih dahulu. Itu artinya, aku sidang hari ini dan kelompok 4 minggu depan. Ya sudahlah, tak apa (dalam hati seneng).
Seketika napasku tak teratur, denyut nadi berantakan, badan sulit dikendalikan, tangan gemetaran, perut mual, tak ingin makan, dan kamar mandi lah solusinya. Di kamar mandi tak ada yang dilakukan, hanya relaksasi dan membiarkan ginjal bekerja. Setelah sedikit agak rileks aku kembali ke depan ruangan sidang. Tak lama kemudian, kelompok 3 pun keluar, dan sekarang giliranku.
Dengan tangan yang masih bergetar aku memberanikan diri masuk bersama teman sekelompokku. Cukup menegangkan di awal. Bahkan di tengah. Hingga di akhir.
Give the best. Itulah yang ku lakukan. Apapun hasilnya, entah itu bagus atau jelek di mata orang lain, tetap berikan yang terbaik.
Hampir 1 jam kelompokku berada di ruang sidang. Di akhir presentasi, 2 kali kata kurang diucapkan oleh tim penguji. Ya sudahlah, tak apa. Ku sudah berikan yang terbaik menurutku. Bagiku, dengan menyelesaikan tugas ini, aku sudah syukur Alhamdulillah karena dari awal aku merasa kesulitan dalam mengerjakan. Tapi hari ini semua telah terlewati. Kini aku dan kelompokku tinggal menunggu jadwal bimbingan terakhir dari sang dosen untuk melakukan revisi.
Aku benar-benar tak sabar melepas kepergian semester 3. Sebenarnya masih ada 2 kali sidang, 1 UAS teori, dan 1 lagi tugas kelompok yang entah jadi entah tidak. Akan tetapi dengan sudah terlewatinya project RPL ini, aku bisa bernapas lebih lega, tidur jadi nyenyak, makanpun enak.
Sekarang pukul 11:39 PM. Kenapa aku belum tertidur? Mungkin aku terlampau senang telah melewati project RPL walau sebenarnya aku tak tahu bagaimana hasilnya.
Terima kasih ya Alloh…
4 komentar:
hoho...jadi juga artikel sidang nya..haha
semoga good hasilnya...amiin :)
sukses..!!
eh, ad kakaknya..
mksh udh mampir..
:)
Permisi ka, aku mau masuk bagian MI polman itu bagus ya?
bagus kog dek,,
banget malah,,
beda banget ma politeknik laen
:)
Posting Komentar