"Dear teman2 MI, besok kalian ke ruang rapat 1 ya untuk briefing dgn HRD jam 08.00. thank you :)"
itu SMS dari mbak Agnes kemarin (9/1) dan hari ini pun aku dan Intan memenuhi undangannya.
Pukul 07.50an kami sudah duduk manis di depan lift lantai 5. Hingga pukul 08.00, tak ada yang menghampiri kami, kecuali Pundut dan Pilay yang ingin menemuni dosen.
|
Depan lift lantai 5 |
Secara bergantian, aku dan Intan mengirim SMS ke mbak Agnes. Tak ada balasan,
seperti biasa. Kami tetap dan masih menunggu disana. Hingga pukul 08.30an, mbak Agnes keluar menemui kami.
"Maaf ya, lama. Ayo masuk, tunggu di ruang rapat 1 ya."
Di ruang rapat 1, berdua.
|
Di ruang rapat 1 |
Tik tok tik tok. Tak ada tanda-tanda kedatangan orang. Intan sudah membolak-balik 2 majalah dan aku sudah mengitari meja di ruangan itu dan masih saja tak ada tanda-tanda kedatangan orang.
Tik tok tik tok. Hingga waktu menunjukkan pukul 09.00 lewat, akhirnya pintu terbuka. Dua orang memasuki ruangan. Mbak Agnes dan Bu Indira, manager HRD. Dan diskusi pun dimulai. Petir di hati pun mulai menggelegar.
"....kalian tidak memenuhi kualifikasi untuk kaderisasi instruktur..."
"...kemarin sempat mewawancarai Zaitun (aku), katanya komunikasinya kurang, padahal untuk menjadi instruktur komunikasi itu penting dan untuk Adininggar (Intan), saya memang belum wawancarai kamu, tapi kamu tidak direkomendasikan..."
Petir itu berbunyi sekali lagi. Jedeeeeerrrrr...
"...di Polman ada kebutuhan Aplication Developer dan kalian ditempatkan disana. Namun, statusnya magang dan benefits-nya beda dengan yang kader instruktur...."
"...masih ada kesempatan untuk bekerja di Polman, namun saat ini kesempatan yang ada hanya tadi, hanya untuk magang. Kalau kalian menolak juga tak apa..."
Aku dan Intan tak bisa berkata apa-apa. Diam sesaat. Hening. Akhirnya aku angkat bicara.
"...dari awal kami ditempatkan magang disini. Kami juga sudah dapat surat tugasnya. Kalau pindah tempat magang, takutnya prosesnya lama..."
bla...bla...bla...
Aku sudah tak ingin melanjutkan perbincangan ini. Cukup. KAMI SUDAH JELAS. Kami pun keluar dengan segumpal perasaan. Jika kemarin langit yang menangis, maka hari ini hati kami yang menangis.
Kami duduk di bangku depan ruang rapat 2. Sambil menunggu mbak Agnes yang sedang mencari Mas Hendra, segala keluh kesah terucap disana. Aku dan Intan. Entah apa yang ada di benak kami masing-masing, yang jelas rasa kesal, sebal, jengkel bercampur aduk dalam pikiran kami. Ingin aku pasang status atau ngetwit:
Katanya ngga lolos kualifikasi, tapi surat pengantar medical check up udah siap.
Katanya ngga direkomendasikan, tapi selama ini sedang dicariin waktu buat wawancara sama bapaknya.
Apa itu alasan yang normal?
Tapi, aku berpikir ulang, apa dengan aku menulis status itu akan mengubah sesuatu. Tidak. Dan aku pun mengurungkan niatku itu.
--------------------------------------------------------,,---------------------------------------------------------------