RSS

1 Ramadhan 1433H


Bagaimana rasanya melewati bulan Ramadhan tanpa keluarga? Begitu mengenaskan kah? Menyedihkan kah? Atau justru menyenangkan?
Ini tahun keduaku dimana aku melewati awal bulan Ramadhan tanpa ibu bapak di sampingku. Rasanya seperti makan kacang rebus di tengah laut, ga jelas.
Sedih iya, senang sedikit, ngenes banget. Sebenarnya yang bikin ngenes adalah karena saat ini aku dalam masa-masa pengangguran, tidak ada kegiatan, tidak ada kerjaan. Jam 12 malam – 12 siang tidur. Jam 12 siang – 12 malam nonton (TV, laptop). Itulah yang membuat segalanya terasa menyedihkan, apalagi di bulan puasa.
20 Juli 2012 malam. Malam pertama tarawih.
Pukul 7 malam, saat ku dengar adzan isya berkumandang, aku tengah berada di barisan pengunjung Indomart, menunggu tiketku dicetak. Tiket untuk tanggal 25 Juli itu adalah tiket yang akan membawaku menuju perjalanan panjang ketiga di tahun keduaku. Mengingat malam ini adalah malam pertama puasa, maka setelah urusanku selesai, aku segera bergegas ke kosan demi tak ketinggalan pergi bersama-sama ke masjid untuk melaksanakan sholat tarawih.
Sesampainya di kosan, ku lihat mbak-mbak kosan tengah bersiap-siap pergi ke masjid. Aku segera mengambil air wudhu dan membaur bersama mbak-mbak yang lain. Jalan. Jalan menuju masjid terdekat. Sebelum sampai di masjid tujuan, ku lihat segerombolan pria datang ke arah kami. Rupanya masjid itu sudah penuh. Ku lihat beberapa pria pun tengah berdiri di depan masjid itu. Akhirnya kami pun berbalik arah. Bingung.
“Sepertinya di sebelah sana, ada deh. Kesana aja yuk!” kata salah satu mbak-mbak.
“Ayok.”
Jalan. Jalan menuju masjid yang dimaksud. Rupanya masjid tersebut tak lain adalah masjid yang sama tetapi lewat pintu belakang. Memang tak terlihat orang yang berdiri di depan pintu masjid itu. Namun, ketika ku lihat ke arah masjid, tak ada celah bagi kami, gadis-gadis remaja yang imut nan menggemaskan, untuk memasuki masjid tersebut. Untuk memasuki ke dalamnya, kami harus melewati pria-pria yang tak ada satu pun yang kami kenal. Dan akhirnya kami pun pulang karena tak mungkin untuk mencari masjid lain mengingat waktu sholat isya telah berakhir.
Di kosan.
“Ayo mbak, sholat bareng-bareng aja.”
“Di kamarku luas tuh.” Kata mbak-mbak yang kamarnya di sebelah kamarku. Kami biasanya menyebutnya Mbak Cina.
“Ayo mbak, jadi imam.” Teriak salah seorang kepadaku.
“Ha?? Aku?? Aku nggak mau jadi imam!” kataku.
Tik tok tik tok.
Aku duduk di ranjangku. Berpikir. Ya sudahlah, ayo sholat.
Akhirnya aku menuju ke kamar sebelah, berdiri di barisan depan, dan memimpin sholat isya dan sholat tarawih 11 rakaat. Dengan sedikit terbata-bata, akhirnya sebelum jam 8 malam, kami telah menyelesaikannya. Yey.
Prok. Prok. Prok.
Aku kembali ke kamarku. Melakukan aktivitas seperti biasa. Buka laptop. Klik icon Mozilla Firefox. Ketikkan f dan aku segera terhubung dengan semua orang yang tergabung dalam sosial network Facebook. Sedikit informasi, sore hari ketika aku tengah sendirian, ku temukan alamat url yang kini membuatku kehabisan quota untuk berselancar di dunia maya.
http://www.animehere.com/kon-movie.html?ver=2 . Itu adalah link url untuk mendownload K-ON! Movie. Hari sebelumnya aku sudah mendownload, tapi rupanya unsubtitled. Dan akhirnya ku temukan alamat itu hingga akhirnya aku harus kehabisan quota gara-gara mendownload 4 video berdurasi 27 menit. Tapi senang sekali menontonnya dan tentunya ada subtitlednya. Ehehehe :D
Dan karena sore hari, film itu sudah habis, maka malam ini aku melanjutkan menonton Full Metal Panic. Walaupun tak seseru anime yang lain, tapi lumayan lah daripada tak ada kerjaan sama sekali.
Hingga pukul 11 malam. Sebenarnya aku belum mengantuk, tapi ku paksakan diri ini terbaring ke atas ranjang karena esok pagi aku harus bangun sahur untuk puasa pertamaku di Ramadhan tahun ini.
Satu detik. Dua detik. Satu menit. Dua menit. Hingga tak sadar ke-menit berapa akhirnya aku terlelap.
Pukul 3 dini hari. Ku lihat seseorang yang ada di atas ranjangku melongok ke arahku. Sudah jam 3.
Aku pun terbangun dan segera menyolokkan kabel (ke colokan kabel tentunya :p). Pagi ini aku sahur dengan mie. Dua puluh menit terbaring kembali, hingga tak sadar air yang ku masak sudah mendidih. Ku masukkan mi eke dalam Magic Jar. Ku tuangkan bumbu ke dalam mangkok. Dan selanjutnya mie aku masukkan ke dalam mangkok. Beserta airnya tentunya karena aku memilih mie rebus untuk menu sahurku pagi ini.
Rupanya aku terlalu pagi melakukan ritual ini karena waktu subuh masih satu jam lagi. Walau tak berniat untuk tidur, namun akhirnya aku tepar juga. -.- ZzzZz
Aku terbangun jam 5.30 dan sadar aku belum sholat subuh. Tanpa babibu lagi aku langsung melaksanakan sholat fardhu 2 rakaat itu. Dan seperti biasa setelah itu, TIDUR. Hingga siang hari.
Tak ada kegiatan berarti hari ini. Sama seperti hari-hari sebelumnya. Itulah yang membuatku ingin segera pulang ke rumah. Walau di rumah juga tidak ada kegiatan yang berarti, setidaknya setiap sore aku bisa bantu-bantu ibu mengupas kulit bawang atau memotong kolang-kaling, ta’jil untuk tiap buka puasa.
Hingga sore hari menjelang. Ku nyalakan tivi. Tak ada yang menarik hingga kawanku yang tidur di atas ranjangku ikut bergabung denganku menonton televisi. Master Chef. Ya, walau tidak sedikit semut yang berlalu lalang di layar televisi, acara tersebut cukup menghiburku. Dan tak terasa 30 menit sebelum berbuka puasa..
“Cari makan yuk. Di warteg ibu sebelah aja.”
“Ok.”
“Minumnya apa?”
“Granita?”
“Hmm.. kalau nutrisari di warung sebelah sana ya. Jauh.”
“Ehem.”
Aku bersama kawanku keluar kamar. Melihat ibu-ibu mengeluarkan es batu ukuran mini yang menarik perhatianku.
“Mau es teh.”
“Gulanya?”
“Beli lah.”
“OK deh.”
Jalan. Jalan menuju warteg dekat kosan. Tak jauh. Tak ada menu spesial disana. Sama seperti biasa. Beli ala kadarnya. Kangkung tumis dengan 2 gorengan. Sudah cukup. (padahal dalam hati “pengen masakan ibu di rumah”). Tak apa.
Sepulangnya mencari makan, kembali ke kosan dan langsung memanaskan air di Magic Jar, mau buat es teh. Sementara kawanku sedang berusaha memecah es batu. Dengan tak kehabisan akal, dia membenturkan es itu ke lantai yang lumayan bersih. Dan taraaaaaa… es nya terbelah jadi dua dan dimasukkan ke dalam mangkok. Berhubung waktu maghrib sudah mulai menyapa, air yang belum mendidih itu aku angkat dan langsung aku campur dengan 5 sendok gula pasir dan satu kantong teh celup.
Clup. Clup. Clup. Larutan gula teh sudah siap. Langsung saja larutan itu dimasukkan ke dalam mangkok yang sudah berisi es tadi. Aduk hingga rata dan jadilah Es Teh Mangkok. Yey.
Es Teh Mangkok
Adzan magrib tak lama menyapa. Es teh mangkok segera membasahi tenggorokan. Tumis kangkung pun tak ingin ketinggalan. Mereka meminta untuk segera dicerna.
Tak ingin ketinggalan waktu sholat maghrib, aku segera bergegas mengambil air wudhu. Setelahnya sedikit tadarus Al-Quran dan menunggu waktu isya tiba. Namun, apa yang terjadi Saudara-Saudara? Hingga pukul 7.27 tak ku dengar suara adzan dan ku lihat mbak-mbak kosan pun tak ada satu pun yang terlihat akan pergi ke masjid. Mereka begitu santai bahkan ku dengar teriakan “Malam ini nonton film yukk?”
Ha?? Batinku.
Hmm.. mungkin mereka juga tak mendengar suara adzan, sama sepertiku. Parah sekali. Huh.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar