Bagaimana rasanya melewati bulan
Ramadhan tanpa keluarga? Begitu mengenaskan kah? Menyedihkan kah? Atau justru
menyenangkan?
Ini tahun keduaku dimana aku
melewati awal bulan Ramadhan tanpa ibu bapak di sampingku. Rasanya seperti
makan kacang rebus di tengah laut, ga jelas.
Sedih iya, senang sedikit, ngenes banget. Sebenarnya yang bikin ngenes adalah karena saat ini aku dalam
masa-masa pengangguran, tidak ada kegiatan, tidak ada kerjaan. Jam 12 malam –
12 siang tidur. Jam 12 siang – 12 malam nonton (TV, laptop). Itulah yang
membuat segalanya terasa menyedihkan, apalagi di bulan puasa.
20 Juli 2012 malam. Malam pertama
tarawih.
Pukul 7 malam, saat ku dengar
adzan isya berkumandang, aku tengah berada di barisan pengunjung Indomart,
menunggu tiketku dicetak. Tiket untuk tanggal 25 Juli itu adalah tiket yang
akan membawaku menuju perjalanan panjang ketiga di tahun keduaku. Mengingat
malam ini adalah malam pertama puasa, maka setelah urusanku selesai, aku segera
bergegas ke kosan demi tak ketinggalan pergi bersama-sama ke masjid untuk
melaksanakan sholat tarawih.
Sesampainya di kosan, ku lihat
mbak-mbak kosan tengah bersiap-siap pergi ke masjid. Aku segera mengambil air wudhu
dan membaur bersama mbak-mbak yang lain. Jalan. Jalan menuju masjid terdekat.
Sebelum sampai di masjid tujuan, ku lihat segerombolan pria datang ke arah
kami. Rupanya masjid itu sudah penuh. Ku lihat beberapa pria pun tengah berdiri
di depan masjid itu. Akhirnya kami pun berbalik arah. Bingung.
“Sepertinya di sebelah sana, ada
deh. Kesana aja yuk!” kata salah satu mbak-mbak.
“Ayok.”
Jalan. Jalan menuju masjid yang
dimaksud. Rupanya masjid tersebut tak lain adalah masjid yang sama tetapi lewat
pintu belakang. Memang tak terlihat orang yang berdiri di depan pintu masjid
itu. Namun, ketika ku lihat ke arah masjid, tak ada celah bagi kami,
gadis-gadis remaja yang imut nan menggemaskan, untuk memasuki masjid tersebut.
Untuk memasuki ke dalamnya, kami harus melewati pria-pria yang tak ada satu pun
yang kami kenal. Dan akhirnya kami pun pulang karena tak mungkin untuk mencari
masjid lain mengingat waktu sholat isya telah berakhir.
Di kosan.
“Ayo mbak, sholat bareng-bareng
aja.”
“Di kamarku luas tuh.” Kata
mbak-mbak yang kamarnya di sebelah kamarku. Kami biasanya menyebutnya Mbak Cina.
“Ayo mbak, jadi imam.” Teriak
salah seorang kepadaku.
“Ha?? Aku?? Aku nggak mau jadi
imam!” kataku.
Tik tok tik tok.
Aku duduk di ranjangku. Berpikir.
Ya sudahlah, ayo sholat.
Akhirnya aku menuju ke kamar
sebelah, berdiri di barisan depan, dan memimpin sholat isya dan sholat tarawih
11 rakaat. Dengan sedikit terbata-bata, akhirnya sebelum jam 8 malam, kami
telah menyelesaikannya. Yey.
Prok. Prok. Prok.
Aku kembali ke kamarku. Melakukan
aktivitas seperti biasa. Buka laptop. Klik icon Mozilla Firefox. Ketikkan f dan
aku segera terhubung dengan semua orang yang tergabung dalam sosial network Facebook. Sedikit informasi, sore hari
ketika aku tengah sendirian, ku temukan alamat url yang kini membuatku
kehabisan quota untuk berselancar di dunia maya.
http://www.animehere.com/kon-movie.html?ver=2
. Itu adalah link url untuk mendownload K-ON! Movie. Hari sebelumnya aku sudah
mendownload, tapi rupanya unsubtitled. Dan akhirnya ku temukan alamat itu hingga
akhirnya aku harus kehabisan quota gara-gara mendownload 4 video berdurasi 27
menit. Tapi senang sekali menontonnya dan tentunya ada subtitlednya. Ehehehe :D
Dan karena sore hari, film itu
sudah habis, maka malam ini aku melanjutkan menonton Full Metal Panic. Walaupun
tak seseru anime yang lain, tapi lumayan lah daripada tak ada kerjaan sama
sekali.
Hingga pukul 11 malam. Sebenarnya
aku belum mengantuk, tapi ku paksakan diri ini terbaring ke atas ranjang karena
esok pagi aku harus bangun sahur untuk puasa pertamaku di Ramadhan tahun ini.
Satu detik. Dua detik. Satu
menit. Dua menit. Hingga tak sadar ke-menit berapa akhirnya aku terlelap.
Pukul 3 dini hari. Ku lihat
seseorang yang ada di atas ranjangku melongok ke arahku. Sudah jam 3.
Aku pun terbangun dan segera
menyolokkan kabel (ke colokan kabel tentunya :p). Pagi ini aku sahur dengan
mie. Dua puluh menit terbaring kembali, hingga tak sadar air yang ku masak
sudah mendidih. Ku masukkan mi eke dalam Magic Jar. Ku tuangkan bumbu ke dalam
mangkok. Dan selanjutnya mie aku masukkan ke dalam mangkok. Beserta airnya
tentunya karena aku memilih mie rebus untuk menu sahurku pagi ini.
Rupanya aku terlalu pagi
melakukan ritual ini karena waktu subuh masih satu jam lagi. Walau tak berniat
untuk tidur, namun akhirnya aku tepar juga. -.- ZzzZz
Aku terbangun jam 5.30 dan sadar
aku belum sholat subuh. Tanpa babibu lagi aku langsung melaksanakan sholat
fardhu 2 rakaat itu. Dan seperti biasa setelah itu, TIDUR. Hingga siang hari.
Tak ada kegiatan berarti hari
ini. Sama seperti hari-hari sebelumnya. Itulah yang membuatku ingin segera
pulang ke rumah. Walau di rumah juga tidak ada kegiatan yang berarti,
setidaknya setiap sore aku bisa bantu-bantu ibu mengupas kulit bawang atau memotong
kolang-kaling, ta’jil untuk tiap buka puasa.
Hingga sore hari menjelang. Ku
nyalakan tivi. Tak ada yang menarik hingga kawanku yang tidur di atas ranjangku
ikut bergabung denganku menonton televisi. Master Chef. Ya, walau tidak sedikit
semut yang berlalu lalang di layar televisi, acara tersebut cukup menghiburku.
Dan tak terasa 30 menit sebelum berbuka puasa..
“Cari makan yuk. Di warteg ibu
sebelah aja.”
“Ok.”
“Minumnya apa?”
“Granita?”
“Hmm.. kalau nutrisari di warung
sebelah sana ya. Jauh.”
“Ehem.”
Aku bersama kawanku keluar kamar.
Melihat ibu-ibu mengeluarkan es batu ukuran mini yang menarik perhatianku.
“Mau es teh.”
“Gulanya?”
“Beli lah.”
“OK deh.”
Jalan. Jalan menuju warteg dekat
kosan. Tak jauh. Tak ada menu spesial disana. Sama seperti biasa. Beli ala
kadarnya. Kangkung tumis dengan 2 gorengan. Sudah cukup. (padahal dalam hati
“pengen masakan ibu di rumah”). Tak apa.
Sepulangnya mencari makan,
kembali ke kosan dan langsung memanaskan air di Magic Jar, mau buat es teh. Sementara
kawanku sedang berusaha memecah es batu. Dengan tak kehabisan akal, dia
membenturkan es itu ke lantai yang lumayan
bersih. Dan taraaaaaa… es nya terbelah jadi dua dan dimasukkan ke dalam
mangkok. Berhubung waktu maghrib sudah mulai menyapa, air yang belum mendidih
itu aku angkat dan langsung aku campur dengan 5 sendok gula pasir dan satu
kantong teh celup.
Clup. Clup. Clup. Larutan gula
teh sudah siap. Langsung saja larutan itu dimasukkan ke dalam mangkok yang
sudah berisi es tadi. Aduk hingga rata dan jadilah Es Teh Mangkok. Yey.
Es Teh Mangkok |
Tak ingin ketinggalan waktu
sholat maghrib, aku segera bergegas mengambil air wudhu. Setelahnya sedikit
tadarus Al-Quran dan menunggu waktu isya tiba. Namun, apa yang terjadi
Saudara-Saudara? Hingga pukul 7.27 tak ku dengar suara adzan dan ku lihat
mbak-mbak kosan pun tak ada satu pun yang terlihat akan pergi ke masjid. Mereka
begitu santai bahkan ku dengar teriakan “Malam ini nonton film yukk?”
Ha?? Batinku.
Hmm.. mungkin mereka juga tak
mendengar suara adzan, sama sepertiku. Parah sekali. Huh.
0 komentar:
Posting Komentar