Hari ini sungguh berat. Begitu
lemas. Mungkin ini puasa paling tidak semangat sepanjang tahun ini. Bukan
karena makan sahur yang kurang hingga tengah hari merasa tak bertenaga. Namun
sepertinya ini adalah efek samping dari membantu ibu.
Ya. Siang ini, sekitar pukul
12.30 aku membantu ibuku mengangkati bambu-bambu dan kayu bekas bangunan yang
tergeletak di teras rumah. Keberadaannya yang mengganggu pemandangan mata
membuat kami (ibuku dan aku) tergerak untuk memindahkannya ke samping rumah, ke
rumah kayu, rumah khusus untuk
meletakkan kayu bakar.
Tak banyak. Satu kali. Dua kali.
Tiga kali. Mungkin 10 kali bolak balik aku mengangkat bambu-bambu itu. Hanya
sebutir dua butir keringat yang menetes.
Tahukah kamu?
Sepanjang perjalanan aku
mengangkati kayu-kayu itu aku memperhatikan pepohonan yang aku lewati. Dan tak
sengaja aku melihat pohon-pohon kecil yang mengingatkanku pada masa kecilku.
Pohon itu adalah pohon jangklot. Ada
yang tahu?
Pohon jangklot adalah pohon yang
tinggi menjulang dan daunnya kecil-kecil. Setahuku pohon ini hanya untuk
diambil kayunya walaupun pohon ini menghasilkan buah. Buah dari pohon ini atau
yang lebih dikenal dengan jangklot
bentuknya bulat kecil. Waktu masih muda, buahnya berwarna hijau dan setelah tua
warnanya berubah menjadi merah. Buah-buah itulah yang ku gunakan sebagai mainan
sewaktu aku kecil.
Pertama, kumpulkan jangklot tua
yang berwarna merah. Kedua, ambil bijinya. Ketiga, bungkus biji-biji jangklot
tersebut seperti membungkus tempe. Tunggu beberapa hari dan jadilah Tempe
Jangklot. Biji yang ditumbuhi jamur itu menyerupai kedelai yang ditumbuhi jamur
Rhizopus sp. pada tempe.
Aku menjadi ingat saat aku kecil
dulu, aku sering sekali main masak-masakan bersama kakak dan teman-temanku.
Kami memanfaatkan dedaunan dari pohon yang tumbuh di sekitar kita. Aku ingat
ketika ingin membuat minyak goreng, maka gunakan daun bunga sepatu, membuat
sirup berwarna merah maka gunakan pucuk daun jati, ada juga sirup warna kuning
dengan menggunakan daun pohon liar yang aku tak tahu itu pohon apa. Ku potong
lembut daun singkong dan daun pepaya untuk membuat masakan yang lezat. Potong
miring batang daun singkong yang berwarna merah maka jadilah cabai yang pedas.
Jika ingin masak udang maka gunakan bunga pisang yang sudah jatuh. Menyenangkan
sekali. Apalagi saat menggunakan daun tetean
sebagai uang untuk transaksi membeli makanan.
Lucu sekali mengenang waktu
kecil. ^^
3 komentar:
Postingan udah lama. Saya masih penasaran dengan buah janglot dapatkah dimakan.pernah nyobain manis sih rasanya. Tapi dibilang bikin bengek. Biasanya kalilawar yg doyan dan mereka tetep sehat
Kok sama kisahnya sama aku
Daersh mana ini yang memnuat blg
Mantap benar deh
Posting Komentar