RSS

iseng@PRG2

Walau angin tak mengalir dengan mesra. Namun, mata  ini merunduk bagai  padi berisi. Seakan tak benyawa meninggalkan dunia tak bersuara.
Terbelalak hendak teriak tatkala seorang rakyat jelata yang mencoba jadi bangsawan mendekat. Padahal di depan mata nampak seorang pangeran berkuda putih. Akan tetapi, aku benar-benar tak tertarik dengan pangeran berkuda putih itu. Di depan mata ini, ia terlihat seorang diri tanpa permaisuri, namun ku tahu permaisurinya telah menunggu di kerajaan menanti kedatangannya.
Ku pandangi keadaan sekitar, bak tanaman di gurun pasir, semua terlihat layu, tak berdaya. Entah wabah apa yang merajalale, tapi yang jelas bukan wabah ulat bulu yang sekarang sedang merambah wilayah di daerah-daerah.
Aku melihat diriku sendiri. Kelayuan orang-orang sekitar menyegarkanku, serasa mencapai puncak Mount Everest di gurun pasir.
Tiba-tiba semua tersentak kaget saat kuda sang pangeran hendak lari mendekati kami. Tak tahu kenapa kuda itu berhasyrat pada kami. Tak hanya sekali, namun berkali-kali. Sejenak kuda itu kembali ke keadaan semula, namun aku yakin sebentar lagi ai akan mendekat pada kami lagi.
Ku tertawa melihat kedua orang itu mendekat ke arah pangeran untuk meminta ijin mengambil selembar uang kertas yang diinjak si kuda.  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar