Baru saja aku membaca separo novel karangan Tere Liye berjudul Bidadari-Bidadari Surga. Sebuah cerita yang menceritakan perjuangan seorang kakak demi melihat keempat adikknya bisa melanjutkan sekolah ke jenjang setinggi-tingginya dan tak membiarkannya tumbuh dewasa hanya di lembah yang membesarkan mereka.
Aku terhenti di halaman 215. Pada bagian itu sedang seru-serunya membahas Dalimunte, anak kedua dari Wak Lainuri yang merupakan adik pertama Laisa(sang kakak). Dalimunte tetap bersikeras tidak ingin melintas sebelum kakaknya menikah terlebih dahulu.
Sebenarnya aku ingin melanjutkan kisah yang lagi seru-serunya itu. Namun, aku terhenti karena niatku untuk menulis ini karena menulis akan lebih mudah saat niat itu datang. Apa yang ingin aku tulis? Sedikit banyak akan berhubungan dengan novel yang ku baca.
Sekarang tanggal 8 Mei 2011. Itu berarti umurku telah 19 tahun, 1 bulan, 2 hari. Kurang 11 bulan lagi aku akan berkepala dua. Sungguh tak ku sadari aku sudah setua itu. Padahal aku masih ingat seberapa lamanya aku menangis waktu aku dititipkan di rumah nenekku di saat usiaku belum memasuki dunia sekolah. Rasa erut dan ganyong rebus buatan nenek pun masih terasa. Apalagi belut bakar hasil tangkapan paman saat paman bekerja di sawah. Hingga kini aku telah tumbuh menjadi seorang remaja yang masih punya jiwa kekanak-kanakan yang masih belum bisa seutuhnya berpikir dewasa.
Menyangkut novel yang aku baca, aku ingin sedikit membahas mengenai CINTA. Sebenarnya malas benar membahas satu hal ini. Lagi-lagi ku jawab karena ku masih belum cukup umur menghadapinya. Teringat jelas muka jelekku dan setengah menangis saat aku dijodoh-jodohkan oleh temanku. Namun, saat-saat aku mulai mengagumi seorang pria pun masih terbayang jelas kapan, dimana, saat apa. Lelaki pertama yang sekilas membawaku terbang meninggalkan dunia anak-anakku. Akan tetapi itu tak berlangsung lama karena aku belum mengerti benar apa yang ku rasakan. Perasaan sesaat, mungkin bisa dikatakan demikian.
Hingga aku memasuki dunia baruku di Sekolah Menengah Pertama. Aku menemukan teman-teman baru yang nyatanya lebih mengerti apa itu hubungan 2 insan berbeda. Kadang aku tersenyum geli melihat tingkah laku teman sekelasku waktu itu. Putus nyambung putus nyambung. Lucu juga saat ku dapati kakak kelasku tengah sebal di kamar mandi sekolah dengan sepucuk surat di tangannya. Apalagi kalau bukan surat cinta? Lantas bagaimana dengan kisahku? Tak banyak cerita. Lagi-lagi hanya sebatas mengagumi. Itu pun hanya berlangsung singkat. Lagi-lagi perasaan sesaat. Satu dua mungkin tertarik padaku. Namun, melihat keanehanku dan mengerti aku yang belum begitu tertarik untuk urusan yang seperti itu, mereka menjadi malas untuk mendekatiku.
Hinggi kini aku duduk di bangku kuliah. Umurku hampir 20 tahun. aku masih malas saja untuk membicarakan hal ini. Entah lah, aku pun tak tahu mengapa aku bersikap demikian. Aku masih saja dingin pada lelaki yang mendekatiku. Aku masih merasa enggan saat temanku memperkenalkan lelaki yang dirasa cocok untukku. Apa jangan-jangan aku tidak normal? TIDAK. Aku hanya belum merasa ada yang sesuai dengan hatiku. Walaupun sebenarnya, aku tak tahu seperti apakah yang sesuai itu? Entahlah, ku ingin dapat yang terbaik tepat pada waktunya. J
0 komentar:
Posting Komentar